Dona Octanary: Implementasikan SAMR untuk Guru Sukses di Masa Pandemi
Salah satu narasumber inspiratif yang hadir pada Webinar Pendidikan SahabatGuru di Kabupaten Aceh Tamiang ialah Dona Octanary, M.Pd., Research and Development di SEAMEO SEAMOLEC yang menyampaikan materi “Urgensi Adaptasi Kebiasaan Baru melalui Platform Pendidikan”.
SahabatGuru - Di awal pemaparannya, Dona menyampaikan sekilas mengenai SEAMEO SEAMOLEC (Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Open Learning Centre). Organisasi ini memiliki fokus pada Pendidikan Terbuka Jarak Jauh (PTJJ). Organisasi ini juga memiliki program inti seperti pelatihan, konsultasi, riset, pengembangan, dan penyebaran informasi. Tujuan SEAMOLEC yaitu melaksanakan program-program yang relevan dan responsif terhadap kebutuhan nasional dan regional yang ada melalui pemanfaatan sistem PTJJ. Dalam rangka mencapai visi dan missinya, dan agar selalu mampu menyediakan layanan yang baik dan berkelanjutan di wilayah regional Asia Tenggara, SEAMOLEC selalu berusaha meningkatkan jejaring yang kuat melalui kemitraan dan sinergi dengan pihak/institusi lainnya. Melalui jejaring yang kuat dan kemitraan yang baik SEAMOLEC akan mampu berkembang semakin besar di masa depan.
Selama hampir dua tahun pandemi, kemampuan guru-guru pasti ditempa untuk cepat meningkat. Faktanya, pasti banyak guru yang pernah mengikuti berbagai webinar. Lalu, banyak juga yang berkolaborasi membuat beragam bahan ajar. Tak lupa, ini membuktikan bahwa guru juga mampu belajar hal baru (teknologi) dengan singkat. Ini membuktikan hikmah di balik datangnya pandemi.
“Saya tak bisa membayangkan jika pandemi datang pada tahun 90-an atau sebelumnya, para guru dan siswa pasti akan kesulitan sekali. Pandemi yang datang di tahun teknologi sudah maju membuat guru dan siswa bisa memanfaatkan teknologi secara optimal,” ucap Dona.
Ketika pembelajaran tatap muka guru sudah menerapkan pembelajaran student center, saat pembelajaran online guru tak pusing lagi. Oleh karenanya, Dona menyampaikan implementasi SAMR yang bisa ditiru para guru.
Pertama, Substitusi. Mengganti kegiatan atau material tradisional –seperti belajar di kelas dan lembar kerja kertas— dengan versi digital. Tidak ada perubahan substansial pada konten, hanya penyampaiannya yang lebih menarik. Contohnya, bahan ajar ditampilkan secara daring dengan PDF, video pembelajaran untuk mengubah dari sinkronus menjadi asinkronus, dan memberi materi melalui Zoom.
Kedua, Augmentasi. Melibatkan penggabungan perangkat tambahan digital interaktif seperti elemen komentar, hyperlink, atau multimedia. Konten tidak berubah, tetapi siswa dapat memanfaatkan fitur digital untuk menyempurnakan pembelajaran. Contohnya, siswa membuat portofolio digital, mengikuti kuis melalui Quizizz atau Kahoot, memanfaatkan Padlet.
Ketiga, Modifikasi. Menggunakan sistem pengelolaan pembelajaran seperti Google Classroom, Moodle, Schoology, atau Canva untuk menangani aspek logistik dalam menjalankan kelas, seperti melacah nilai, mengirimkan pesan pada siswa, membuat kalender, dan mengunggah tugas.
Keempat, Redefinisi. Pembelajaran ditransformasikan dengan redefinisi, memungkinkan kegiatan yang sebelumnya yang tidak mungkin dilakukan di kelas. Contohnya, pemanfaatan blog untuk mendapatkan umpan balik dari peserta dan pembelajaran CATC di Asia Tenggara.
Sebagai penutup, Dona menyampaikan jika mengajar adalah seni. Guru yang sukses akan menggunakan kemampuan dan imajinasi kreatifnya untuk siswa. Mereka akan memaksimalkan kemampuan yang didapat dari pengalaman, belajar, dan observasi lalu disesuaikan dengan situasi baru yang muncul. Teknologi benar-benar tidak bisa menggantikan guru karena teknologi sama sekali tak punya hati. Teknologi hanya memproses apa yang diperintahkan oleh manusia.
ANIS SAFITRI
What's Your Reaction?