Mencontek saat ini, koruptor dimasa depan

Budaya mencontek merupakan kecurangan yang sering dianggap hal kecil. Namun apakah kita sudah sadar bahwa dari hal kecil itulah dapat menuntun kepada kecurangan yang lebih besar seperti korupsi?

Aug 4, 2023 - 02:24
Aug 3, 2023 - 16:38
 0
Mencontek saat ini, koruptor dimasa depan

Kita sudah banyak mendengar atau bahkan menyaksikan secara langsung perilaku curang di lingkungan sekolah. Oknum pelakunya bisa dilakukan oleh siapa saja mulai dari siswa, guru, atau bahkan pihak sekolah itu sendiri. Berbagai perilaku tersebut diantaranya adalah memperjualbelikan kunci jawaban ujian, jual-beli “kursi” oleh pihak sekolah, hingga hal yang dianggap sangat sepele seperti mencontek. Wajah institusi pendidikan sebagai wadah untuk mendidik manusia sudah tercoreng oleh oknum yang justru menyuburkan sebuah budaya yang sangat buruk. Jika pendidikan kita terus diisi oleh beragam kecurangan ini, maka jangan heran banyak orang yang dididik menjadi seseorang koruptor dikemudian hari.

 

Budaya korupsi sendiri dapat dimulai dari hal-hal kecil tanpa kita sadari. Diawali dengan mencontek yang seringkali dianggap hanya sebuah kecurangan kecil, namun dapat menjadi bibit korupsi. Menyontek sendiri pada dasarnya adalah bentuk korupsi kecil karena mencontek membuat kita melihat jawaban orang lain serta membohongi orang lain dan diri sendiri. Orang yang terbiasa mencontek mengimplikasikan bahwa dirinya senantiasa berbohong dan mengambil hak orang lain. Sayangnya, perilaku ini sudah dianggap “normal” oleh banyak murid yang menunjukan bahwa mereka sudah nyaman melakukan korupsi kecil ini dikarenakan menyontek mengajarkan pelakunya agar tidak perlu bersusah payah dalam mendapatkan apa yang diinginkan. Karena sudah terbiasa menyontek maka jangan heran akan ada orang yang melakukan korupsi tanpa rasa bersalah sedikitpun. Bentuk dari korupsi lainnya dalam lingkungan pendidikan adalah adalah perbuatan curang yang dilakukan beragam pihak dan terkadang pelaku saling bekerja sama, antara lain:

1.       Memalsukan data (nilai atapun jarak rumah) oleh orang tua murid agar dapat masuk ke sekolah tujuan

2.       Sogok menyogok supaya anak dapat dimasukan ke sekolah terutama yang favorit

3.       Menjual kunci jawaban ujian yang dilakukan oknum pembuat soal, umumnya terjadi dalam ujian yang sifatnya penting seperti ujian kelulusan

4.       Melakukan korupsi dana pendidikan oleh oknum pihak sekolah

5.       Pungutan liar dengan beragam alasan padahal uangnya bukan untuk keperluan sekolah

6.       Gratifikasi yang dilakukan orang tua murid agar nilai anaknya dinaikan

7.       Memaksa murid membeli LKS ataupun buku tertentu

8.       Calon murid yang diloloskan masuknya karena ada bantuan orang dalam

 

Banyaknya contoh perilaku korup ini menunjukan betapa kuatnya tindakan korupsi mengakar dilingkungan sekolah dan menimbulkan persepsi “Kalau dia curang, masa saya ga boleh?”. Hal ini tentu saja harus ditanggapi dengan serius karena bagaimana jadinya dampak dari lembaga pendidikan menyuburkan budaya korup? Kemana wajah lembaga pendidikan sebagai wadah untuk mendidik murid agar menjadi cerdas dan berperilaku baik? Apabila budaya korup ini semakin subur maka lembaga pendidikan akan bertransformasi menjadi lembaga yang menghasilkan orang yang tidak tahu malu dan mengambil apa yang bukan haknya. Hidupnya bagaikan hewan–hanya hidup untuk memenuhi kebutuhannya tanpaBukan hanya itu, budaya korup juga akan menghasilkan orang yang tidak kompeten. Apa yang dapat diharapkan dari orang bodoh yang memaksakan dirinya agar dianggap kompeten? Maka jangan kaget jika kita lihat orang yang menduduki jabatan tertentu namun tidak kompeten menjalankan tugasnya.

 

Jadi sudahkah kita menyadari bahwa hal kecil seperti mennyontek dapat memberikan dampak yang besar? Marilah kita saling introspeksi diri dan mulai menghindari dari hal-hal yang dapat menjerumuskan kita kepada korupsi. Tidak apa-apa jika mendapat nilai rendah asalkan jujur, jangan sampai kamu mencontek hanya untuk membohongi guru dan diri sendiri agar dianggap mampu. Tidak apa-apa kamu tidak meraih peringkat teratas, hidup tidak hanya sekedar angka diatas kertas. Tetaplah berperilaku jujur karena kejujuran akan mendatangkan manfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow

Darma Putra Kusuma Wijaya Saya adalah mahasiswa jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, Universitas Gadjah Mada. Saat ini saya memiliki ketertarikan dalam isu pendidikan di Indonesia