Pendidikan Keluarga Dalam Era Milenial
mendidik anak di zaman ini
Mars Pendidikan Keluarga menyiratkan betapa pentingnya pendidikan keluarga itu lebih-lebih di era milenial sekarang ini. Pendidikan keluarga menjadi kunci strategis untuk menjadikan Indonesia jaya ke masa yang akan datang. Menjawab harapan di atas, tentulah tidak mudah di era milenial sekarang ini.
Keluarga mendapatkan beragam tantangan untuk menghadapinya. Ada kesenjangan antara masa orang tua dengan anak-anak era sekarang ini. Arus teknologi sepertinya membuat sekat baru dalam sebuah keluarga. Anak-anak sekarang lebih asyik dengan gawainya dibandingkan berkomunikasi atau bergaul dalam ranah sosial. Wajarlah terjadi ketimpangan dalam sisi sosialnya. Ruang keluarga tidak seintens dulu dalam berkomunikasi. Anak-anak mileniall lebih mengisolasi diri dalam kamar-kamarnya sendiri. Jadilah, ia anak kamar. Komunikasinya dengan orang tuanya semakin jarang terjadi. Orang tua juga sibuk dengan gawainya. Saat bercengkerama dengan sang anak, orang tua juga asyik dengan gawainya.
Perkembangan teknologi memang tidak bisa dibendung. Pengelolaan waktu bersama keluarga juga diperlukan. Kebersamaan bersama keluarga paling tidak mengurangi pengaruh kurang baik dari teknologi. Sekat-sekat yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi, disikapi bersama keluarga. Individualisme yang merambah jiwa anak paling tidak bisa dikurangi melalui kebersamaan.
Secara teoritis manusia dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor keturunan. Teori tabularasa dari John Locke mengatakan faktor luar, lingkungan lebih banyak memengaruhi perkembangan seorang anak. Akan tetapi, faktor keturunan dengan teori nativisme dari Arthur Schopenhauer menyatakan bahwa faktor keturunan juga tidak kalah pentingnya. Maka lahirlah penyatuan dua teori menjadi konvergensi dari Louis William Stern. Manusia dalam perkembangan mentalnya, emosionalnya dan juga pengetahuannya dipengaruhi oleh dua faktor.
Masalahnya mana dari faktor itu yang paling kuat? Nativisme melihat bibit, bebet, bobot, sedangkan faktor lingkungan menilai arus lingkungan paling berpengaruh dalam membentuk kepribadian, karakter seorang anak.
Keluarga adalah lingkungan pertama yang dikenal oleh seorang anak. Lingkungan keluarga yang pertama dan utama dalam mempengaruhi perkembangan mental emosinya. Pertama karena keluargalah yang paling awal memberikan tulisan, coretan dalam jiwa anak. Tulisan itu berupa kasih sayang, cinta orang tua kepada si anak, teladan-teladan dan juga ketulusan dari orang tua. Sebaliknya, jika tulisan itu kurang bagus, keluarga kurang harmonis, tulisan itulah yang terekam dalam memori si anak.
Anak-anak milenial harapannya memperoleh cinta, kasih sayang dalam perjalanan hidupnya. Keluarga kunci perkembangan anak-anak milenial. Keluarga sebagai tempat utama, karena nilai-nilai karakter yang tersimpan dalam dirinya akan memengaruhi perjalanan hidupnya ke depannya. Melihat sisi-sisi penting pendidikan keluarga, sudah sewajarnya keluarga menjalin komunikasi dengan sekolah agar anak berjalan sesuai dengan tata nilai yang disepakati bersama masyarakat. Kerja sama sinergis dengan pihak sekolah amat diperlukan dalam menghadapi anak-anak milenial.
Memasuki jenjang lembaga pendidikan, orang tua tentu tidak bisa melepaskan diri tanggung jawabnya. Sekolah hanya beberapa jam saja memberikan bimbingan, pendidikan maupun pembelajaran semangat kerja sama dengan sekolah tetap terbina. Wujud kegiatan itu amat beragam misalnya diskusi terpumpun mengenai kemajuan dan keberhasilan anak. Orang tua yang ikut aktif memperhatikan perkembangan anaknya akan mempermudah sekolah mengenali kompetensi anaknya. Sekolah akan selalu berupaya membangkitkan kompetensi yang belum terasah yang dimiliki anak. Pengenalan ini perlu kerja sama dengan orang tua peserta didik. Masalah-masalah anak bisa dipecahkan secara bersama-sama. Tanggung jawab terjalin demi kemajuan anak. Keberagaman kompetensi anak bisa lebih tertangani. Sekolah akan merasa beterima kasih kepada orang tua yang selalu berupaya agar anaknya menjadi lebih baik.
Keberhasilan sekolah bekerja sama dengan orang tua amat diharapkan dalam menghadapi perkembangan anak-anak milenial. Masyarakat pun terus berupaya mendekatkan dirinya dengan pihak sekolah. Masyarakat bisa memberikan masukan-masukan terhadap sekolah. Masukan-masukan itu berupa pemikiran-pemikiran yang konstruktif demi kemajuan sekolah. Contoh sederhananya pihak orang tua peserta didik bisa menjadi pembicara dalam sebuah event yang dilakukan oleh pihak sekolah. Pemikiran-pemikiran yang mendorong kemajuan sekolah bisa menjadi perekat emosional pihak orang tua dan masyarakat kepada pihak sekolah.
Tripusat pendidikan ini (keluarga, sekolah, dan masyarakat) perlu terus menjaga sinergitas komunikasinya hingga anak-anak bangsa semakin maju, kreatif, dan berkarakter mulia.
Pendidikan keluarga adalah pendidikan pertama dan utama amat diperlukan bagi perkembangan anak-anak milenial. Perkembangan teknologi digunakan untuk mempererat komunikasi dengan anak. Anak-anak memasuki jenjang sekolah hendaknya selalu diperhatikan perkembangannya. Komunikasi keluarga, sekolah, dan masyarakat meningkatkan kompetensi anak. Anak-anak bangsa adalah masa depan Indonesia.
Ida Bagus Wayan Widiasa Keniten
Pengawas di Dinas Pendidikan Provinsi Bali,
Pemenang Pertama Guru Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2013
menulis beberapa buku sastra dan kajian sastra
What's Your Reaction?