(BUKAN) GENERASI COPY-PASTE

May 4, 2023 - 01:15
Apr 28, 2023 - 02:06
 0
(BUKAN) GENERASI COPY-PASTE
Foto ilustrasi oleh Airam Dato-on di Pexels

Derasnya arus informasi yang beredar, baik melalui media cetak maupun digital, harus kita sikapi dengan bijak. Terlebih sumber informasi yang bersumber dari media sosial hendaknya teridentifikasi dengan bijak. Salah satu kecenderungan generasi saat ini adalah membagikan informasi yang diperoleh dengan dalih peduli informasi. Kondisi ini jika tidak diantisipasi maka predikat generasi copy paste bukan kemustahilan. Apa salahnya copy paste? Pertanyaan ini logis, namun jawabannya harus merujuk pada tujuan besar yakni bangsa yang berkemajuan. Saat ini bangsa Indonesia sedang menggaungkan semangat gerakan literasi nasional (GLN). Upaya ini adalah langkah positif untuk memutus mata rantai generasi copy paste.

Sejak 2015 pemerintah melalui stake holder yang membawahi bidang kerja telah menginstruksikan untuk bersama mensukseskan GLN tersebut. Sebagai bukti, saat ini kesadaran untuk sekadar menulis, membaca, menuangkan ide positif semakin meningkat meskipun secara nasional belum optimal.

Kecenderungan masyarakat kita yang cenderung serba praktis mengharuskan masyarakat sebagai konsumen informasi harus lebih selektif memilih sumber informasi yang akurat dan terpercaya. Merebaknya pemberitaan bohong (hoax) di era digital harus disikapi dengan bijak. Jika ada indikasi pemberitaan yang memojokkan atau berpihak pada salah satu subyek pemberitaan, maka sikap cermat dalam membagikan informasi wajib menjadi kewaspadaan.

Upaya pemerintah dalam menerbitkan UU Informasi dan Transaksi Eletronik (ITE) sudah sepatutnya kita apresiasi agar dalam menerima dan membagikan informasi dapat lebih selektif dan bertanggungjawab. Upaya yang bisa dilakukan dalam memilih sumber informasi terpercaya adalah dengan melihat kredibilitas kanal berita yang kita pilih. Kanal berita yang menerapkan kode etik jurnalistik misalnya, pasti akan mengedepankan pemberitaan yang dibutuhkan masyarakat ketimbang unsur sensasionalnya. Juga kanal berita yang menjadi bagian pengawasan komisi penyiaran dan informasi (KPI) secara otomatis penyampaian beritanya akan berpedoman pada etika penyiaran dengan mengedepankan unsur-unsur yang relevan.

Selain itu, memilih media sebagai partner informasi terpercaya hendaknya dengan melihat rekam jejaknya. Media yang memiliki kualitas pemberitaan yang berimbang akan mengedepankan unsur publisitas bukan hanya untuk memenuhi kanal pemberitaan tanpa kualitas. Atau sengaja menyajikan judul-judul yang bombastis namun isinya kosong, bahkan cenderung bohong (clickbait).

Salah satu indikator suksesnya gerakan literasi nasional adalah lahirnya masyarakat yang kritis dalam menanggapi sebuah permasalahan (critical thinking), selain itu tumbuhnya semangat gemar membaca bagi semua kalangan, sehingga potensi menjadi masyarakat sadar informasi dapat terwujud.

Untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki kesadaran tentang pentingnya arus informasi harus dimulai diri untuk lebih selektif dalam memilih sumber berita yang terpercaya. Namun yang sering menjadi kendala adalah sebagian di antara kita mengutamakan sisi praktis (copy paste) dan mengabaikan sisi akuntabilitasnya. Dengan demikian problem yang demikian jika tidak segera diantisipasi akan melahirkan generasi copy paste.

Untuk menjadikan diri bukan sebagai bagian dari generasi copy paste hendaknya kita melakukan hal-hal yang berkaitan dengan gerakan literasi nasional. Membaca berbagai sumber berita, baik media sosial maupun media lain, menjadi sarana jitu untuk menjadi sumber informasi yang bijak. Dengan banyak membaca maka berarti banyak referensi tentang benar salah, layak tidak layak, pantas tidak pantas atas informasi yang akan kita bagikan kepada rekan maupun komunitas. Pribadi yang memiliki intensitas membaca yang tinggi akan lebih mudah menjaga diri dari arus informasi yang tidak berimbang. Sebaliknya orang yang memiliki kecenderungan membaca dalam intensitas tinggi akan mampu menjadi sumber informasi yang layak untuk dicerna masyarakat.

Langkah yang kedua adalah menuangkan idenya dengan mengaktualisasikannya dalam sebuah tulisan. Tulisan yang memiliki daya kreativitas akan mudah dipahami oleh masyarakat dan pasti membawa pesan positif bagi semua kalangan. Menjadi seorang penulis membutuhkan proses yang berkesinambungan, bukan sesuatu yang instant. Karakter penulis yang memiliki kualitas akan menjauhi hal negatif dengan predikat copy paste. Dengan menyalurkan ide kreatif dalam sebuah tulisan akan melahirkan potensi kecenderungan sumber informasi yang lugas dan terpercaya.Selain itu, kualitas tulisan juga dapat menjadi parameter sumber informasi bagi penulisnya. Jika penulis tersebut memiliki kredibilitas kesadaran membaca yang tinggi secara otomatis karya yang dihasilkan akan berpedoman pada prinsip-prinsip kebenaran dalam penulisan.

Dan yang terakhir adalah jangan memiliki fanatisme terhadap satu media. Untuk menjadi generasi yang bukan dalam kategori copy paste hendaknya kita menghindari sikap fanatisme media. Jika kita hanya berkiblat pada satu media saja maka kita tidak akan mampu membandingkan sajian pemberitaan yang berimbang. Tujuan dari membandingkan sumber berita adalah mengkroscek kebenaran sumber berita bukan pada gaya khas penulisan. Dengan tiga langkah tersebut, setidaknya kita akan mampu menjaga diri dari derasnya arus informasi dan kita tidak akan terjebak dalam virus copy paste dalam membagikan sumber informasi yang akurat.

Semoga harapan besar terwujudnya generasi yang memiliki daya kreativitas dalam menjadi sumber informasi yang tidak berorientasi pada sisi praktis (copy paste) akan terwujud sehingga kecenderungan untuk membagikan pemberitaan yang akuntabel di berbagai kanal berita dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian gerakan literasi nasional yang dikampanyekan pemerintah bagi semua kalangan dapat menjadi parameter kualitas masyarakat kita yang tidak lagi copy paste. Semoga....

Ariyadi, S.Pd.I

Guru PAIBP SMA Islam Al Azhar 15 Kalibanteng, Semarang

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow

Sahabat Guru Inspirasi Indonesia Maju