Membangun Pendidikan yang Berbasis Dukungan: Mengapa Orang Tua Perlu Membuka Pikiran Mereka
Memahami Pilihan Anak Sebagai Kunci Keberhasilan Pendidikan. Apa sih pencapaian tertinggi seorang pelajar? Apakah bisa lanjut di SMP atau SMA favorit? Atau bisa lolos ke perguruan tinggi impian? Menjadi PNS? Atau sekedar mendapat nilai diatas 90 disemua mata pelajaran? Apapun itu, boleh-boleh saja dikejar oleh siswa selama masih dilakukan dengan cara yang benar, dan tidak dilakukan atas dasar paksaan orang tua
Pertanyaan yang sering muncul dalam benak setiap orang tua adalah pencapaian apa yang seharusnya dicapai oleh seorang pelajar? Apakah mengejar prestasi di SMP atau SMA favorit, meraih impian perguruan tinggi, atau bahkan menjadi seorang PNS? Namun, pertanyaan yang lebih penting adalah, apakah semua ini sesuai dengan keinginan dan kemampuan anak? Mengingatkan orang tua untuk mempertimbangkan dengan bijak, bukan hanya memaksakan kehendak.
Tipikal orang tua di Indonesia sering kali cenderung memaksakan pandangan mereka, dengan dalih bahwa orang tua selalu benar. Terjebak dalam pemikiran kolot, seperti "kerja jadi PNS saja" atau "perempuan sebaiknya tidak perlu sekolah tinggi-tinggi" adalah contoh pemahaman yang perlu ditinggalkan. Menyadari bahwa zaman terus berubah, mengapa masih memaksa anak untuk mengikuti jejak yang mungkin tidak sesuai dengan bakat dan minat mereka?
Orang tua dengan tipe seperti ini cenderung memaksa anak untuk mencapai "prestasi" tanpa memperhatikan kemampuan sebenarnya. Ini hanya akan menciptakan tekanan dan kekecewaan pada anak yang mungkin belum siap. Pemahaman orang tua yang terlalu kaku juga dapat mengakibatkan hukuman yang tidak perlu, menciptakan lingkungan belajar yang tidak sehat dan menekan.
Seiring berjalannya waktu, kebijakan pendidikan dan pandangan masyarakat terus berkembang. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk membuka pikiran mereka dan tidak terjebak dalam pola pikir kuno. Memberikan dukungan dan melibatkan anak dalam pengambilan keputusan dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih sehat secara emosional.
Sebelum memberikan tekanan yang berlebihan, orang tua perlu merenung apakah mereka telah memberikan dukungan yang cukup kepada anak. Apakah mereka sudah memahami kesulitan belajar anak dan memberikan bantuan yang diperlukan? Janganlah orang tua hanya menginginkan hasil yang lebih baik tanpa memberikan dukungan yang cukup.
Penting bagi orang tua untuk bersikap terbuka dan melibatkan anak dalam proses pengambilan keputusan mengenai pendidikan mereka. Mungkin anak memiliki keinginan dan impian tertentu yang perlu dihargai. Alih-alih memberikan paksaan, mengapa tidak mengubahnya menjadi dukungan yang dapat membantu mewujudkan impian anak?
Jika orang tua benar-benar ingin melihat anak mencapai tujuannya, mengapa tidak memberikan bantuan daripada hanya menuntut? Mendukung anak dengan menyediakan les atau bimbingan jika dibutuhkan, sesuai dengan kemampuan mereka, adalah langkah positif. Sadarlah bahwa sebagai orang tua, pilihan utama adalah mendukung atau menurunkan ekspektasi. Jangan biarkan ego yang merugikan menghalangi kebahagiaan dan perkembangan anak. Mulailah berpikir logis, bukan hanya mengandalkan asumsi semata.
What's Your Reaction?