Rahasia Terungkap: Cara Sederhana Mengubah Siswa Biasa Menjadi Jagoan Matematika

Jul 4, 2023 - 03:05
Jun 27, 2023 - 04:02
 0
Rahasia Terungkap: Cara Sederhana Mengubah Siswa Biasa Menjadi Jagoan Matematika
Foto ilustrasi di Freepik

Sebenarnya banyak guru matematika yang percaya bahwa siswa-siswanya dapat menjadi ahli matematika. Sayangnya, sebagai mata pelajaran, matematika terlanjur diberi banyak cap negatif, terlalu banyak stereotip yang mengganggu. Akibatnya banyak siswa berpikir matematika bukan untuk orang-orang seperti mereka. Hanya untuk segelintir siswa pintar di kelas yang mampu.

Guru matematika memiliki tanggung jawab untuk menawarkan narasi tandingan yang membantu siswa melihat diri mereka sendiri sebagai ahli matematika dan dituntut bisa mengembangkan kreasi yang menarik saat mengajarkan matematika.

Salah satunya dengan cara menyajikan cerita- cerita sejarah tentang matematikawan dunia. Siapa saja mereka dan apa saja karya mereka serta bagaimana ia menemukan cara itu. Apa saja yang disumbangkan oleh para ahli matematika untuk dunia yang lebih baik. Ada banyak sumber bisa didapat guru untuk berbagi visi inklusif yang dapat mengenyahkan narasi-narasi negatif tentang matematika. Guru bisa membuat narasi tandingan (counternarrative).

Ketika pemahaman siswa terbuka dan lebih luas mengenal dunia ahli matematika, mereka akan menolak stereotip dan mendapatkan kepercayaan pada kemampuan mereka sendiri. Matematika adalah tempat yang kaya, dan siswa berhak mendengar narasi yang mencerminkan kekayaan apa saja yang bisa diperoleh dari matematika. Matematika tidak hanya memecahkan masalah.

Matematika juga mampu memutuskan masalah mana yang layak dipecahkan dan memahami konsekuensi dari solusi tersebut. Di kelas matematika seringkali hanya ada satu jawaban yang benar. Namun tidak demikian di dunia nyata.

 

PERLUAS GAGASAN TENTANG MATEMATIKA

Pelajaran matematika di sekolah seringkali terasa sempit. Seolah-olah yang terjadi dalam mata pelajaran ini hanya urusan menghitung hal-hal abstrak, dengan cara yang lebih rumit, panjang dan tidak ada manfaat praktisnya. Guru bisa mencoba mencari tahu ahli matematika yang bekerja di berbagai cabang matematika, bidang yang memberikan perspektif baru tentang apa artinya melakukan dan menggunakan matematika. Seperti ilmu data, teori simpul (knot theory), analisis kompleks, realitas maya (virtual reality) dan teori chaos atau katastropi.

Bisa jadi guru tidak tahu apa itu. Tetapi akan menyenangkan jika mencari tahu di google. Aktivitas ini bisa ditularkan ke siswa. Menyelami sesuatu, mencari tahu sesuatu, menemukan sesuatu adalah aktivitas yang menarik. Lebih-lebih lagi jika kegiatan itu dilakukan bersama-sama. Guru di kelas tidak selamanya tahu. Aktivitas bersama mencari tahu dari berbagai sumber itu akan menyenangkan. Sikap saling terbuka akan membawa kemajuan.

Matematika adalah usaha manusia. Berbagi gambar dan cerita dari berbagai ahli matematika membantu disiplin ini terasa nyata, relevan dan dapat diakses, terutama bagi siswa yang mungkin tidak melihat identitas mereka terwakili di tempat lain.

Kebanyakan siswa sekolah menengah hanya tahu sedikit tentang siapa ahli matematika itu dan apa yang dilakukannya. Guru matematika memiliki tanggung jawab untuk mengisi kekosongan itu dengan visi yang positif dan inklusif dari disiplin ilmu matematika. Tujuannya untuk menghilangkan mitos-mitos yang membosankan dan tidak relevan.

Untuk menghubungkan matematika dengan dunia nyata, guru bisa mengenalkan materi antar disiplin ilmu. Di Barat dikenal dengan pelajaran STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics). Diindonesiakan menjadi STRM (Sains, Teknologi, Rekayasa dan Matematika). Media yang mengaitkan angka-angka dengan dunia nyata adalah bahasa. Untuk materi STRM, guru sebaiknya memperkaya matematika dan sains dengan meningkatkan kemampuan siswa membaca dan menulis.

Di sekolah menengah, matematika kalkulus mulai dipelajari dan menjadi fokus. Sementara statistik dan literasi data belum dikenalkan. Padahal menurut banyak pendidik, dua keterampilan itu lebih berguna di era modern.

Statistik antara lain punya peranan dalam pengambilan kebijakan publik. Banyak penelitian tentang topik-topik seperti perawatan kesehatan, lingkungan, pajak, dan hak-hak sipil dihasilkan dengan menggunakan metode yang berasal dari statistik, bukan kalkulus.

Ledakan informasi online dengan berbagai kualitas akibat revolusi digital yang kita alami saat ini memaksa kita untuk memiliki kemampuan menganalisis serbuan data-data, grafik dan angka-angka. Jika keterampilan statistik kita rendah, kita akan mendapatkan gambaran dunia yang salah. Dengan input yang salah itu kita tidak akan bisa menghasilkan solusi dan ide baru yang bermanfaat bagi kehidupan. Kita hanya akan menjadi korban penyesatan informasi. Banyak teknik penyesatan untuk membuat klaim kebenaran sesungguhnya dilakukan berdasarkan pseudosains atau argumen-argumen matematika yang buruk.

Untuk mempersiapkan siswa mampu membedakan antara rangkaian narasi benar dan salah beberapa guru fokus pada pengintegrasian konsep matematika, statistik dan sains dengan mata pelajaran lain. Misalnya dengan merangkai ilmu kewarganegaraan, politik atau sosial dan matematika, siswa terbiasa bekerja melalui argumen kompleks menggunakan poin-poin penting dari disiplin ilmu ini.

Ada contoh menarik. Alison Strole, seorang guru matematika sekolah menengah di Fishers, Indiana, Amerika, meminta siswanya untuk menganalisis hasil jajak pendapat dari pemilu AS selama dua dekade.

Bahan dikumpulkan dari berbagai sumber. Secara teoritis aktivitas ini adalah bagian dari unit matematika tentang analisis data dan cara membaca serta menafsirkan tabel data secara dua arah, bagian dari pelajaran aljabar. Dalam praktiknya, ini juga merupakan pelajaran tentang kewarganegaraan dan sejarah politik yang kuat. Pelajaran interdisipliner ini secara langsung meningkatkan pendidikan kewarganegaraan siswa. Apa yang dilakukan Alison Strole menjawab bagaimana matematika dapat dimanfaatkan untuk mempersiapkan kaum muda terlibat dalam kewarganegaraan secara ilmiah dan kritis.

Kita di Indonesia bisa membuat tugas bersama dengan materi hasil jajak pendapat dalam pemilu lokal atau nasional. Siswa juga akan mendapat manfaat positif dengan mengetahui proses dan prosedur bagaimana survei dilakukan. Apa saja metode yang digunakan, bagaimana menentukan responden, bagaimana mengumpulkan data, bagaimana menganalisis data hingga mendapatkan kesimpulan. Pada gilirannya pengetahuan ini akan bermanfaat dalam banyak bidang, seperti pemasaran dan penentuan kebijakan publik.

Pendekatan lain juga bisa dilakukan untuk mengajari siswa keterampilan literasi kuantitatif. Seperti mengerjakan tugas berdasarkan masalah kehidupan nyata yang melibatkan sains, kewarganegaraan dan matematika. Misalnya, sekolah akan memasang panel surya untuk menjaga kebutuhan listrik. Kebetulan sekolah tersebut berada di pelosok, yang pasokan listrik tidak stabil. Guru bisa meminta siswa untuk melakukan analisis biaya tentang biaya dan manfaat menggunakan panel listrik dibanding dengan cara membeli atau menyewa panel surya.

Tugas ini selain membantu pemerintah daerah memenuhi target Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk energi terbarukan pada 2030, siswa-siswa bisa juga menulis surat kepada kepala daerah dan pejabat PLN setempat menyarankan bagaimana kota tersebut dapat memenuhi tujuan energi terbarukan PBB. Siswa dibiasakan berpandangan global dan belajar menjadi warga masyarakat yang berkualitas.

Menugaskan siswa untuk menulis bukan hanya dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis, tetapi juga mendorong pencapaian yang lebih besar di semua mata pelajaran. Guru dapat terjun langsung dengan membantu merangkai data-data itu ke dalam bentuk tulisan, surat. Guru dapat menugaskan hal-hal yang lebih menantang dan kontekstual dengan meminta siswa untuk secara teratur memasukkan data matematika dan sains dalam esai untuk memperkuat argumen. Keterampilan ini akan menjadikan siswa sebagai warga masyarakat yang berkualitas.

MEMBUAT MAJALAH MATEMATIKA

Membaca dan menulis adalah keterampilan belajar yang kompleks, mendasar, dan integratif yang harus digunakan dengan potensi mereka di kelas matematika. Meskipun petunjuk menulis di kelas matematika sekolah dasar dan menengah bukanlah hal baru, guru sekolah menengah bisa menggunakan keterampilan ini untuk tujuan yang berbeda: dia menggunakan membaca dan menulis untuk menunjukkan kepada siswanya bagaimana matematika ada dalam kehidupan sehari-hari. Membaca dan menulis dapat mengimbangi kurikulum matematika yang semakin abstrak di sekolah menengah dan atas.

Satu tugas yang efektif adalah meminta siswa membuat majalah yang isinya kutipan-kutipan artikel tentang berbagai aplikasi matematika dalam kehidupan nyata. Untuk proyek ini, siswa-siswa diminta untuk memilih artikel yang mereka minati. Kemudian mereka membaca, meringkasnya dan memposting ringkasan itu di majalah online yang mereka buat. Siswa akan merasa takjub mengetahui banyak sekali penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari mereka.

 

TANTANGAN PENGAJARAN INTERDISIPLINER

Gagasan mengeksplorasi hubungan antar disiplin ilmu seperti ini bertujuan untuk memperdalam pembelajaran siswa. Model pembelajaran ini populer di kalangan pendidik yang berpikiran maju. Ini menjadi tantangan yang perlu disadari oleh sekolah dan guru.

Memang pelajaran interdisipliner membutuhkan biaya dan bisa jadi mahal. Namun hasilnya akan membuat pemahaman siswa meningkat. Guru diharapkan mampu mengambil terobosan ini walau kurikulum yang disediakan sekolah mungkin tidak memuat dukungan yang dibutuhkan. Selain itu, guru, yang biasanya memperoleh gelar atau sertifikasi di satu bidang, mungkin tidak memiliki pengetahuan yang memadai untuk menggabungkan beberapa disiplin ilmu. Bahkan ada kekhawatiran di kalangan pendidik sendiri bahwa pembelajaran interdisipliner dapat membingungkan. Ini sesuatu yang wajar. Mengingat pendidikan tinggi kita belum membiasakan komunikasi antar fakultas sebagai suatu diskursus menarik di kampus.

Pendekatan interdisipliner dalam pembelajaran sangat penting untuk mempersiapkan siswa masuk perguruan tinggi dan dunia karir mereka. Kita hidup dalam gelembung di media sosial dengan orang- orang yang memiliki opini yang sama. Guru dapat membuka dan melihat kedua belah pihak untuk berdebat, dan bersama-sama melakukan analisis yang lebih mendalam, lebih dari sekadar mengkonsumsi opini-opini dangkal yang tersebar di media sosial.

Matematika bisa menjadi alat untuk membuat siswa memahami persoalan dengan lebih jernih. Dengan berpikir jernih, siswa akan membuat masa depan dunia menjadi lebih baik.

 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow

Sahabat Guru Inspirasi Indonesia Maju