Tentang Konsep Belajar "Meaningful Learning" dan Triknya Untuk Anak
Apa itu belajar konsep belajar meaningful learning? Mindful learning atau pembelajaran bermakna merupakan keadaan ketika kita memiliki kesadaran mental mengenai apa yang sedang terjadi, fokus terhadap hal yang sedang dipelajari, dan menerima apa yang sedang diajarkan, termasuk perbedaan pendapat di dalamnya
sahabatguru.com. Apa itu belajar konsep belajar meaningful learning? Meandful learning atau pembelajaran bermakna merupakan keadaan ketika kita memiliki kesadaran mental mengenai apa yang sedang terjadi, fokus terhadap hal yang sedang dipelajari, dan menerima apa yang sedang diajarkan, termasuk perbedaan pendapat di dalamnya.
Hal itu dikatakan psikolog Samanta Elsener dalam sebuah acara webminar. Menurutnya makna ini terdiri dari aspek Acceptance, Awareness, dan Attention atau disebut Triangle of Mindfulness, yanh penjelasannya seperti dilansir laman antaranews.com sebagai berikut:
Pertama, Acceptance. Menjelaskan Acceptance dalam makna belajar adalah memahami situasi di mana anak sudah mampu menerima berbagai pandangan dan pendapat orang lain. Adapun cara melatihnya adalah dengan melalui diskusi secara terbuka.
Kedua, Awareness. Dalam hal ini awareness diartikan sesuatu yang mampu membuat anak merasakan belajar bermakna atau ketika mereka menyadari kegunaan dari ilmu yang dipelajarinya dalam mencapai cita-cita. Misalnya, agar bisa menakar dosis obat dengan benar, anak-anak harus menguasai matematika. Dengan kesadaran akan manfaat yang bisa mereka miliki, anak akan terpacu untuk terus belajar.
Ketiga, Attention. Pada konsep belajar bermakna attention adalah mengkondisikan anak agar bisa fokus belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. Samanta mencontohkan bahwa jika anak memiliki gaya belajar auditori (memahami materi melalui suara dan instruksi), orang tua dapat sering-sering mengajaknya berdiskusi untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang dimiliki anak.
Lalu, bagaimana orang tua dapat menciptakan pembelajaran bermakna bagi anak? Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk menerapkan pembelajaran bermakna bagi anak:
Pertama, Belajar adalah hak, bukan kewajiban. Yuujisensei mencontohkan, ketika anak-anak menjalankan kewajibannya untuk membantu orang tua, misalnya mencuci piring atau menyapu, umumnya anak tidak benar-benar menyukai kegiatan itu. Namun, karena sadar bahwa membantu orang tua adalah kewajiban, mereka akan tetap menjalankan kewajibannya secara sukarela.
Jika konsep kewajiban ini kita aplikasikan ke kegiatan belajar, maka anak pun hanya belajar karena keharusan. Oleh karena itu, posisikan belajar sebagai hak agar anak tahu bahwa mereka berkesempatan untuk menggali ilmu sebanyak mungkin guna mewujudkan cita-citanya.
Kedua, dampingi anak saat belajar. Hal ini dapat dilakukan orang tua melalui kegiatan sederhana, seperti mengajak mereka menonton video pembelajaran, lalu berikan beberapa pertanyaan untuk melatih problem solving-nya. Jika anak belum mampu memahami materi dari video, ajak mereka untuk mempelajarinya kembali bersama-sama.
Ketiga, jangan paksa anak belajar. Selain dua cara di atas, Yuujisensei dan Samanta sepakat bahwa metode pembelajaran konvensional berupa "punishment and reward" sudah tidak relevan lagi. Carilah apa yang menjadi ketertarikan untuk anak dan adaptif pada hal tersebut.
Jika anak suka bermain game, berikan dia kesempatan bermain game, misalnya satu jam per hari. Jika anak sulit berhenti bermain, orang tua dapat menggunakan parenting tool yang biasanya dapat diunduh dengan mudah. Aplikasi ini akan menonaktifkan handphone secara otomatis ketika waktu bermain sudah melebihi durasi yang kita tentukan.
Keempat, kondisikan lingkungan dan waktu belajar. Yuujisensei juga menjelaskan bahwa orang tua perlu mengkondisikan lingkungan belajar. Misalnya, dengan meminta anggota keluarga lain menurunkan volume suara televisi ketika anak-anak sedang belajar agar situasi belajar tetap kondusif.***
What's Your Reaction?