Growth Mindset Berkembang, Dengan Membuat Anak Merdeka Belajar
Hari Pelajar International (HPI), memang tak banyak yang tahu tentang hari yang diperingati 17 November, tahun 2021 ini. Tak sesanter biasanya seperti Hari Pahlawan dan Hari Ibu yang sangat populer hingga ucapan dan gambar-gambar memenuhi dinding di berbagai media sosial. Ucapan peringatan HPI muncul pada postingan dari akun Instagram @nadiemmakarim yang merupakan akun resmi Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud-Ristek) Nadiem Makarim atau yang akrab di panggil mas menteri.
Mas mentri di unggahannya mengakui, mungkin tidak semua anak tahu tentang HPI. Ia berharap, walaupun begitu ia ingin semua pelajar di negeri ini belajar dengan merdeka dan bahagia. Ia berkeyakinan bahwa semua pelajar di Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, bisa menggapai cita-cita dan mewujudkan mimpi yang diinginkan. Ia berpendapat bahwa kunci menggapai itu semua adalah tetap semangat belajar di mana pun, kapan pun dan dengan siapa pun. Ia juga menghimbau kepada para pelajar di negeri ini untuk menjadi penggerak perubahan kearah yang lebih baik dan harapan bagi bangsa. Caption pada unggahannya itu ditutup dengan jargon “Salam Merdeka Belajar”.
Guru sebagai patner mas menteri (Pemerintah) untuk mewujudkan harapan mas menteri dan mungkin harapan bagsa indonesia harus mempunyai strategi untuk membuat anak-anak merasa merdeka dan bahagia saat belajar agar menumbuhkan growth mindset pada peserta didik. Jadi bagaimana sih, anak-anak itu bisa merdeka dan bahagia saat belajar?
Rizki Tajjudin, Derektur Sekolah Sahabat Alam Palangkaraya, salah satu narasumber dalam webinar Peluncuran Program Guru Belajar dan Berbagi, memperingati Hari Guru Nasional 2021 membagikan pengalamannya dalam membuat anak merdeka dan bahagia dalam belajar. Ia mengatakan bahwa guru perlu mengetahuai kebutuhan anak.
Ia menjelaskan, bicara kebutuhan murid tidak terlepas dari tahapan tumbuh kembang anak. Materi-materi yang diberikan seharusnya sesuai dengan perkembangan anak, apakah sesuai dengan usianya, psikologisnya dan kemampuan motoriknya. Supaya anak merasa happy ketika belajar, karena sesuai kebutuhannya.
Guru atau tenaga pendidik, selanjutnya perlu membuat anak tau apakah yang di pelajari itu bermanfaat bagi dirinya. Ketika anak bertanya sesuatu hal, misal anak melihat parit dan bertanya boleh atau tidak bermain disitu, maka guru mengajaknya untuk misal mengukur kedalamannya. Hal ini bisa menunjukkan bahwa mereka mendapatkan manfaat dari mempelajari dalam konteks literasi numerasi untuk mengetahui kedalaman parit supaya dirinya bisa bermain di dalamnya.
Guru, selanjutnya perlu melakukan assesment awal sehingga guru tahu meskipun anak tersebut kelas 3 SD, tetapi materi-materinya tidak cocok, karena kemampuan seperti anak kelas 1 SD. Maka materi yang diberikan materi-materi kelas 1 SD tidak memaksakan materi kelas 3 SD. Hingga anak merasa happy dan bahagia karena yang di kerjakan sesuai kebutuhan dan kemampuan anak.
Rizki menegaskan, ketika seorang anak merdeka melakukan sesuatu ketika pertama ia tahu bahwa itu kebutuhannya. Kedua dia tahu bahwa itu bermanfaat bagi dirinya dan yang terahkir dia merasa mampu untuk melakukan hal tersebut. Ketika tiga hal tadi tidak ada, maka anak akan merasa terpaksa dan tidak merdeka dalam belajar. Sehingga usaha menumbuhkan growth mindset pada anak yang diupayakan guru akan efisien dan efektif.
Sahabat guru, mari bersemangat mengantarkan anak bangsa meraih cita-citanya dan mewujudkan mimpi bangsa indonesia. Salam merdeka belajar!
What's Your Reaction?