Keterampilan 4C Sebagai Alternatif Pembelajaran Abad 21 Untuk Pendidikan Di Desa
Abad 21 adalah abad manusia-manusia berkualitas. Pendidikan Indonesia harus bisa memompa empat kemampuan siswa, yakni Kritis, Komunikasi, Kolaborasi dan Kreatif. Pembelajaran ini tidak harus bergantung teknologi. Sekolah-sekolah di desa bisa melakukan. Karena guru tidak bisa diganti oleh teknologi.
PEMBELAJARAN abad 21 disebut sebagai penunjang yang baru di ranah pendidikan. Maksudnya banyak hal yang menjadi fokus untuk bisa terus mengembangkan ide-ide baru khususnya untuk peserta didik. Salah satu aspeknya yaitu keterampilan 4C untuk siswa dengan guru atau pendidik sebagai perantaranya. 4C sendiri adalah singkatan untuk Critical Thinking atau kemampuan berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah, Communication atau memperjelas komunikasi antar peserta didik dan guru, Collaboration atau kolaborasi untuk meningkatkan sikap kerja sama dan saling menghargai, serta Creativity atau pemikiran yang kreatif untuk bisa menghasilkan suatu karya yang unik.
Dalam bahasa Indonesia bisa disebut 4K: Kritis, Komunikasi, Kolaborasi dan Kreatif.
Abad 21 ini sangat berkaitan erat dengan penggunaan teknologi bahkan sangat dianjurkan dalam sebuah pembelajaran agar bisa lebih menarik. Namun, sarana dan prasarana yang membutuhkan teknologi seperti komputer di sekolah atau tablet khusus untuk pembelajaran, laptop, gawai, bahkan proyektor untuk bisa menunjang media pembelajaran belum bisa terpenuhi khususnya di pedesaan atau sekolah terpencil. Di sana lebih mengutamakan sarana yang penting seperti bangku, kursi, atau sekedar kelasnya pun masih diusahakan.
Walaupun zaman sudah berbeda dan sarana yang belum memumpuni, guru harus mampu membuktikan bahwa masalah itu bukan menjadi suatu tantangan dalam mengembangkan bakat dan potensi anak didik dalam era ini karena abad 21 memiliki tuntunan yang sangat tinggi untuk menciptakan sumber daya manusia oleh karenanya bukan hanya peserta didik saja yang belajar, tetapi juga guru harus memiliki inovasi dalam proses pembelajaran.
Konsep pendidikan pada abad 21 dan keterampilan 4C yaitu pembelajaran berpusat pada siswa, dan guru hanya sebagai fasilitator dalam menghubungkan siswa dengan ilmu pengetahuan dasarnya. Jadi, guru bukan hanya menjadi role model saja, namun juga harus memiliki jiwa kreatif dalam mengembangkan potensi-potensi anak didik, serta mengoptimalkan proses belajar. Hal ini tentu membuat guru atau pendidik bisa mengaplikasikan 4C walaupun di sisi lain sarana prasarana secara teknologi tidak dapat dipenuhi.
Karena keterampilan 4C tidak sepenuhnya berfokus pada teknologi, melainkan cara berpikir maka hal ini menjadi alternatif pembelajaran yang menarik di sekolah desa. Pelaksanaan pembelajaran kepada siswa harus dilakukan stimulus-stimulus agar keterampilan itu bisa menjadi sebuah inovasi baru bagi guru dan sebagai pengalaman praktik dan mengembangkan kemampuan peserta didiknya.
Dalam hal ini, teacher center atau pembelajaran dengan model ceramah bukan lagi pembelajaran yang patut dicontoh karena sekarang guru harus mampu menghemat bicara untuk memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir, berkreativitas melalui pemberian problem-problem yang menantang, berkolaborasi, dan berkomunikasi dengan sesama, sementara guru bertugas mengobservasi aktivitas belajar serta memenuhi fasilitas (terkecuali teknologi yang memang belum bisa terpenuhi).
Salah satu cara mengimplementasikan keterampilan 4C adalah dengan model pembelajaran project citizen. Model tersebut mengarah pada pembuatan portofolio ataupun karya kelompok yang tidak sebatas memahami konsep materi serta keilmuan yang dihadapi, tetapi juga melalui rangkaian pembelajaran praktik. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian yang mengatakan bahwa model pembelajaran project citizen dapat meningkatkan keterampilan 4C peserta didik.
Contoh konkret keterampilan 4C dalam pembelajaran dalam aspek communication, guru harus melakukan komunikasi dengan baik terhadap siswa secara terus menerus dalam berbagai keadaan. Sosialisasi pada siswa diperlukan karena masa anak-anak adalah masa bermain. Ketika siswa bermain dengan teman sebayanya, siswa akan secara alami melakukan interaksi sosial dengan temannya. Sering mengajak siswa berkomunikasi memberikan dampak positif untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasinya.
Lalu, untuk aspek collaboration, peserta didik bisa bekerja sama dalam mengerjakan tugas kelompok untuk membuat sebuah karya atau portofolio yang nantinya akan tercipta sikap menghargai pendapat temannya. Untuk aspek critical thinking, dari permaslahn yang guru kemukakan dan mengedepankan pendapat peserta didik, maka siswa sudah berpikir bagaimana solusi yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan tersebut dengan pikiran serta ide-ide yang kreatif. Hal tersebut bisa dilakukan di sekolah yang ada di desa karena itu tidak memerlukan teknologi.
“Pembelajaran di kelas merupakan yang paling utama dalam pendidikan, jika pembelajaran berkualitas, maka bisa menjamin hak belajar peserta didik terpenuhi, sementara teknologi sebagai fasilitas hanya sebuah penunjang atau pendukung saja.”
REGINA MAHESWARI SANIPUTRI
REFERENSI:
Hendayana, S. (2019). INOVASI PEMBELAJARAN 4C’S MENUJU INDONESIA EMAS. 2–9.
Fajri, I., Ar, K., Prajana, A., Yusran, & Sanusi. (2020). PENINGKATAN KETERAMPILAN 4C MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO. Jurnal Dedikasi Pendidikan, 4 (2), 371–380.
Septikasari, R., & Frasandy, R. N. (2018). KETERAMPILAN 4C ABAD 21 DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN DASAR. Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, VIII (2), 107–117.
Hasibuan, A. T. (2019). KONSEP PENDIDIKAN ABAD 21: KEPEMIMPINAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA SD/MI. 10(1), 26–50.
Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., & Nyoto, A. (2016). Transformasi pendidikan abad 21 sebagai tuntutan pengembangan sumber daya manusia di era global. 1, 263–278.
What's Your Reaction?