Pengembangan Karakter Lewat Projek P3 Antara Pencapaian Dimensi Profil dan Keberlanjutan Karakter
Pengembangan dan penguatan karakter pada peserta didik menjadi sebuah keniscayaan untuk diterapkan di setiap satuan pendidikan. Berbagai cara dan strategi dilakukan oleh pendidik untuk mengoptimalkan efektifitas penguatan karakter.
Dalam laman Direktorat Sekolah Dasar dinyatakan bahwa Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Begitu pula menurut beberapa penyampai materi (narasumber) pada sejumlah pertemuan yang membahas Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, mulai dari guru penggerak sampai dengan kepala sekolah penggerak, mereka menyampaikan bahwa P5 pada hakikatnya adalah pengembangan dan penguatan karakter peserta didik sebagaimana dahulu pada kurikulum sebelumnya dibahas sebagai penguatan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran intrakurikuler. Hanya saja saat ini di kurikulum terbaru, kurikulum merdeka karakter ini selain terintegrasi dalam intrakurikuler juga dikembangkan secara mandiri melalui kegiatan kokurikuler yang kemudian bernama Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Projek ini menyasar pada capaian Dimensi yang secara detail dispesifikkan lagi melalui elemen dan subeleman. Dari hasil praktik implementasi pada sekolah yang menerapkan IKM mandiri berubah, hemat penulis memahaminya bahwa projek P3 ini diasumsikan sebagai sebuah langkah pengembangan dan penguatan karakter yang ditanamkan melalui kegiatan yang dilakukan dengan adanya ciri tahapan waktu yang digunakan sebagai penanda progres projeknya. Berbeda sedikit dengan projek pada intrakurikuler, projek pada P3 tidak terlalu menekankan pada adanya hasil dari projek tersebut. Guru, dalam hal ini fasilitator dituntut berkreasi untuk menciptakan kegiatan yang di dalamnya dapat dilakukan penanaman, pengembangan dan penguatan karakter. Peserta didik dipantau, diamati perilakunya menurut dimensi yang telah ditetapkan terkait tema yang disepakati di awal tahapan pengenalan projek.
Produk dalam aktivitas projek yang konteksnya intrakurikuler memang mengharuskan peserta didik menghasilkan sesuatu. Namun produk sebagai aktivitas projek dalam konteks kokurikuler, projek yang dikaitkan dengan penerapan karakter pelajar Pancasila tidak mengharuskan atau mewajikan adanya kehadiran produk. Kalaupun ada projek diakhir kegitan P5 hal itu sebagai penyemangat atau motivasi dalam melakukan kegiatan. Substasi utama dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) adalah hasil pengamatan dan penilaian terhadap karakter yang akan dikembangkan melalui aktivitas peserta didik dalam mengerjakan projek. Jika dapat penulis analogikan terkait pengamatan dan penilaian karakter seseorang dalam melaksanakan sebuah projek adalah misalnya, saat melihat 10 orang pekerja pembuat projek jembatan. Seorang mandor selain melihat progres pekerjaan mulai dari peletakan batu pertama dan seterusnya, dia juga pasti mengamati perilaku kerja para tukang dan kenek. Saat mengamati progress pekerjaan, mungkin sang mandor melihat ada pekerja yang rajin, malas, kreatif, disiplin, serius, dan lain-lain. Nah, dalam P5 hemat penulis adalah posisi guru sebagai pasilitator mengamati perilaku belajar peserta didik saat mengerjakan projek seperti seorang mandor mengamati perilaku kerja para tukang dan keneknya. Seorang mandor bisa menegur bahkan memberhentikan pekerja yang melakukan pelanggaran perilaku kerja sesuai dengan ketentuan. Guru dalam hal ini fasilitator juga demikian. Hanya saja istilahnya bukan memberhentikan melainkan cukup dengan melakukan peneguran dan intervensi agar peserta didik kembali melaksanakan kegiatan sesuai norma dan kesepakatan di awal pembelajaran dan diakhir projeknya memberikan laporan kemajuan perilaku peserta didik dalam rentang waktu penyelesaian projek.
Kembali pada persoalan utama, bahwa pengembangan dan penguatan karakter sebagai substansi pencapaian dimensi profil pelajar Pancasila diharapkan tidak terjebak pada berakhirnya projek. Artinya, harus ada keberlanjutan pengamalan karakter dalam kehidupan sehari-hari peserta didik baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun di masyarakat. Tidak hanya penekannya pada peserta didik, juga kepada pendidik. Guru sebagai pendidik harus terus mengamati dan terus melakukan intervensi terhadap perilaku peserta didik. Tidak hanya melakukan pengamatan dan intervensinya pada saat pelaksanaan P5 saja. Pendidik harus memberikan keteladanan untuk menguatkan karakter yang termuat dalam dimensi profil yang dikembangkan.
What's Your Reaction?