Peran Vital APKASI sebagai Fasilitator dan Advokator Pendidikan di Tingkat Kabupaten.

JAKARTA, 25 Juli 2025 - Staf Ahli Bidang Pendidikan, Dr. Himmatul Hasanah secara konsisten menekankan peran vital APKASI sebagai fasilitator dan advokator pendidikan di tingkat kabupaten.
"Sebagaimana kita ketahui, APKASI memiliki peran penting sebagai fasilitator dan advokator pendidikan di tingkat kabupaten. Maka forum ini adalah tempat yang tepat untuk menyampaikan aspirasi, hambatan, dan tentunya membangun kolaborasi nyata."
Beliau menyoroti komitmen APKASI dan mitranya, Yayasan Pendidikan Adiluhung Nusantara (YPAN), dalam mendukung program strategis Kemendikdasmen. Dr. Himmatul Hasanah mengungkapkan, "Kami sangat bangga karena pada kesempatan ini, kita telah menyaksikan prosesi penandatanganan MoU antara Pemerintah Kabupaten dan mitra APKASI, Yayasan Pendidikan Adiluhung Nusantara. Ini membuktikan keseriusan APKASI dan mitranya dalam mendukung program strategis Kemendikdasmen."
YPAN, sebagai mitra utama APKASI, telah menunjukkan capaian luar biasa dalam satu dekade terakhir. Dr. Himmatul Hasanah memaparkan, "Dalam 10 tahun terakhir, Yayasan Pendidikan Adiluhung Nusantara telah melatih lebih dari 250.000 guru secara offline dan itu tanpa menggunakan anggaran APBN. Ini adalah capaian luar biasa yang belum pernah ada sebelumnya." Beliau juga menambahkan bahwa YPAN telah menjalin kerja sama dengan lebih dari 275 pemerintah kabupaten dan menginisiasi program Beasiswa Indonesia Emas-Daerah (BIE-D). Menurut Dr. Himmatul Hasanah, ini semua membuktikan bahwa dengan kekuatan jejaring APKASI dan komitmen kepala daerah di seluruh Indonesia menjadikan APKASI sebagai mitra yang sangat strategis bagi Kementerian Pendidikan. Jangan sampai kolaborasi ini terputus.
Beliau bahkan menegaskan, "Jika ada upaya meninggalkan APKASI, saya rasa itu akan menjadi kerugian besar bagi kita semua."
Tantangan terkait kualitas dan kesejahteraan guru di Indonesia menjadi fokus utama dalam pernyataan Dr. Himmatul Hasanah. Beliau secara spesifik menyoroti bahwa ada lebih dari 230.000 guru di Indonesia yang belum bergelar S1. Ini adalah tantangan sekaligus peluang kolaborasi. Dalam konteks ini, Dr. Himmatul Hasanah berharap agar ada kebijakan afirmatif dari Kemendikbudristek untuk memastikan kesejahteraan guru. Beliau menyampaikan,
"Jika sudah berbicara soal guru, apalagi yang belum S1, maka Ibu Nunuk adalah sosok utama yang selalu kita harapkan kebijakannya. Kita berharap bersama, semoga ada kebijakan afirmatif agar guru-guru yang belum S1 bisa tetap mendapat perhatian dan kesejahteraan."
YPAN, sebagai mitra, telah berkontribusi dengan menjadi Lembaga Pelatihan Daerah (LPD) yang dipercaya untuk mendukung pelatihan Coding & AI bagi kepala sekolah dan guru. Dr. Himmatul Hasanah juga menitipkan harapan besar, agar Kemendikdasmen terus memberikan apresiasi dan insentif kepada kabupaten-kabupaten yang telah berkomitmen dan terlibat aktif dalam program pendidikan ini. Beliau optimis bahwa kerja sama ini dapat terus ditingkatkan, dan menyampaikan bahwa APKASI sedang mempersiapkan inisiatif besar untuk mendorong Instruksi Presiden (Inpres) tentang Guru. Dr. Himmatul Hasanah meyakini, "Kami yakin, jika itu terwujud, maka perhatian pusat terhadap kualitas dan distribusi guru akan semakin menguat."
Dalam sesi diskusi panel, Dr. Himmatul Hasanah mengangkat salah satu aspirasi penting dari daerah terkait kewenangan pendidikan menengah. Beliau menjelaskan, "Terkait kewenangan pendidikan, sejak tahun 2017 sempat muncul usulan agar pengelolaan SMA/SMK dikembalikan kepada Pemerintah Kabupaten. Namun hingga kini, wacana tersebut masih belum terealisasi. Maka dalam forum ini, kita berharap akan muncul policy input yang konkret."
Dr. Himmatul Hasanah juga memuji figur-figur seperti Bapak Wempi W. Mawa, Bupati Malinau, sebagai figur luar biasa dengan perhatian besar terhadap pendidikan. Beliau bahkan berbagi cerita inspiratif tentang Bapak Wempi yang telah mengantarkan adik-adiknya hingga ke jenjang tinggi dan memiliki program "Desa Sarjana Unggul" yang sudah membawa ribuan putra-putri Malina uke perguruan tinggi baik di dalam maupun luar negeri. Ini menunjukkan bahwa daerah memiliki kapasitas dan keinginan untuk berinovasi dalam pendidikan. Sebagai penutup pengantar, Dr. Himmatul Hasanah menegaskan bahwa pendidikan tetap menjadi kunci utama kemajuan bangsa. Sejarah dunia membuktikan: negara yang maju adalah negara yang mengutamakan pendidikannya.
What's Your Reaction?






