Mendidik Kejujuran: Membangun Karakter Mulai dari Dini

Pendidikan kejujuran memang harus dilakukan sejak dini, agar dapat menajdi sebuah nilai yang akan terus dibawa oleh generasi muda. Sudah terlalu banyak orang yang tidak jujur di negeri kita, maka penulis memohon bagi para pendidik agar menanamkan karakter positif ini

Sep 21, 2023 - 02:28
Sep 19, 2023 - 06:50
 0
Mendidik Kejujuran: Membangun Karakter Mulai dari Dini
ilustrasi oleh freepik

Kasino Warkop pernah mengucapkan sebuah pernyataan yang menggelitik pikiran kita, "Bangsa ini tidak kekurangan orang pintar, tetapi kekurangan orang jujur." Pernyataan ini, seakan mencerminkan realitas yang sering kita temui, di mana kejujuran terkadang menjadi barang langka. Mulai dari tindakan kecil yang dianggap sepele seperti mencontek atau berbohong saat berbelanja, hingga tindakan besar seperti korupsi tampaknya sudah merajalela. Kejujuran, nampaknya, terasa semakin terpinggirkan dalam masyarakat kita. Bahkan lebih mirisnya, kebiasaan buruk ini seringkali tumbuh sejak usia dini, sulit diubah. Pertanyaannya, bagaimana peran pendidikan dalam mengatasi masalah ini?

 

Perlu digaris-bawahi bahwa kejujuran bukanlah sesuatu yang tiba-tiba muncul dalam diri seseorang. Pembentukan kejujuran dalam prosesnya terutama pada anak-anak, memerlukan upaya ekstra agar nilai-nilai kejujuran tertanam dalam hati mereka. Lebih dari sekadar menggali kesadaran batin, pendidik juga harus membangun pertahanan kuat agar siswa tidak terpengaruh oleh faktor eksternal yang dapat memengaruhi perilaku mereka. Apa langkah yang harus diambil dalam hal ini?

 

Pertama-tama, kita perlu mengajarkan kepada anak-anak, terutama oleh orang tua dan guru, hal-hal yang dapat mencegah mereka dari tindakan tidak jujur, seperti empati. Empati adalah kunci penting untuk menghindari perilaku tidak jujur. Ketika seseorang merasa empati, mereka cenderung untuk tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan orang lain. Selain itu, anak-anak juga harus menyadari bahwa tindakan tidak jujur pada akhirnya akan berdampak negatif pada diri mereka sendiri. Mereka perlu memahami bahwa ketidakjujuran adalah seperti meletakkan sumbu pada bom waktu yang akan meledak suatu saat nanti dan merusak segalanya. Penting juga untuk menceritakan kisah-kisah nyata tentang orang yang kehidupannya hancur akibat ketidakjujuran.

 

Selanjutnya, kita harus membongkar anggapan anak-anak bahwa "jika orang lain tidak jujur, maka saya juga boleh tidak jujur." Anggapan semacam itu tidak boleh dibiarkan. Anak-anak harus diingatkan bahwa kejujuran terkait erat dengan harga diri, dan hanya orang dengan harga diri yang kuat yang dapat berani untuk jujur. Para pendidik juga harus menjadi contoh yang baik dalam menerapkan kejujuran. Mereka harus menjadi figur yang konsisten dalam tindakan dan perkataan mereka agar dapat menginspirasi siswa untuk menjadi jujur.

 

Namun perlu diingat, teori tanpa praktek akan sia-sia. Dalam konteks rumah, orang tua dapat memberikan tugas kepada anak yang menekankan kejujuran, seperti memberikan uang belanja dan kemudian melakukan pengecekan terhadap kembalian dan struk. Di sekolah, guru dapat menginisiasi pembentukan "kantin kejujuran," di mana kejujuran diuji dan dihargai. Ini adalah cara mengubah pemahaman anak-anak bahwa kejujuran adalah sesuatu yang "melelahkan" menjadi sesuatu yang "menggembirakan."

 

Mengajarkan kejujuran adalah tugas yang memerlukan ketekunan. Godaan untuk tidak jujur selalu ada, dan seperti yang diketahui semua orang, kejujuran terkadang pahit. Namun, kejujuran harus seperti itu karena meskipun pahit, kejujuran selalu menyampaikan kebenaran. Berbeda dengan kebohongan yang menawarkan kenyamanan sesaat, namun berujung pada kerugian yang lebih besar. Sebagai pendidik yang baik, pendidikan karakter seperti ini harus terus dilakukan secara konsisten. Kejujuran mungkin berat di awal, tetapi ringan di akhir, dan menjadi ciri karakter yang kuat hanya bagi mereka yang memiliki tekad untuk mengikutinya. Karakter tidak dapat tumbuh dalam sehari, tetapi memerlukan pengalaman, pendidikan, dan pembiasaan yang berkelanjutan.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow

Darma Putra Kusuma Wijaya Saya adalah mahasiswa jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, Universitas Gadjah Mada. Saat ini saya memiliki ketertarikan dalam isu pendidikan di Indonesia