Urgensi pendidikan karakter
Kasus kenakalan (atau lebih pantas disebut kekerasan) makin banyak terjadi di Indonesia. Miridnya, pelaku sendiri bahkan merupakan siswa SD. Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat bahwa terdapat 379 anak usia sekolah menjadi korban kekerasan fisik dan perundungan sekolah dari Januari sampai Agustus 2023 (BBC, 2023). Angka ini sudah sangat mengkhawatirkan dan merupakan peringatan keras bagi pendidikan Indonesia
Keberhasilan pendidikan karakter merupakan tanggung jawab bersama untuk menanggulangi meningkatnya kasus kenakalan, terutama di kalangan pelajar Indonesia. Data dari Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat bahwa sebanyak 379 anak usia sekolah menjadi korban kekerasan fisik dan perundungan sekolah hanya dalam kurun waktu Januari hingga Agustus 2023 (BBC, 2023). Fakta ini menyoroti sebuah peringatan serius terhadap pendidikan di Indonesia.
Jika kita mencari informasi tentang kasus siswa melalui mesin pencarian, kita akan menemukan sejumlah kejadian yang melibatkan pelajar, seperti penusukan mata seorang siswi SD di Gresik, perkelahian siswa MI di Malang, dan insiden serupa lainnya. Melihat gelombang kemerosotan dalam sistem pendidikan, terlihat jelas bahwa pendidikan karakter perlu dipulihkan.
Pentingnya pendidikan karakter tidak dapat diabaikan, dan seharusnya mencakup berbagai nilai moral yang membangun sikap dan perilaku luhur peserta didik. Di masa lalu, Indonesia telah melaksanakan pendidikan budi pekerti sebagai upaya sadar untuk menanamkan nilai-nilai moral ini dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Namun, sayangnya, saat ini pendidikan budi pekerti bukan lagi mata pelajaran yang diajarkan secara khusus.
Perlu ditekankan bahwa pendidikan karakter tidak boleh diabaikan begitu saja. Meskipun tidak lagi menjadi mata pelajaran resmi, perhatian terhadap pendidikan karakter harus ditingkatkan. Upaya ini dapat dilakukan tanpa mengorbankan waktu pelajaran lain, cukup dilaksanakan sekali seminggu. Yang terpenting adalah bagaimana nilai-nilai karakter dapat diinternalisasi secara efektif oleh peserta didik.
Pendidikan karakter melibatkan banyak aspek, seperti keimanan, ketaqwaan, kejujuran, keteladanan, kepedulian, sopan santun, hingga kebersihan. Semua ini harus dilatih sejak dini mengingat kondisi banyak generasi muda yang sudah terjerumus pada perilaku tidak benar. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mengajarkan pendidikan karakter sejak dini.
Namun, tidak hanya siswa yang perlu mendapat pendidikan karakter, tetapi sekolah juga harus menciptakan lingkungan yang berkarakter. Guru, sebagai contoh utama bagi peserta didik, perlu menunjukkan karakter yang baik. Mereka tidak hanya sebatas mengajarkan, tetapi juga menunjukkan bagaimana perilaku yang baik seharusnya. Sebab, pendidikan karakter yang berhasil tercermin dalam perubahan perilaku seseorang, dan ini harus dimulai dengan contoh dan teladan yang baik dari lingkungan pendidikan itu sendiri.
Dalam menghadapi masalah kenakalan dan kekerasan di kalangan pelajar, penting bagi sekolah dan masyarakat untuk bersatu dalam memberikan perhatian khusus terhadap pendidikan karakter sebagai solusi preventif yang efektif.
What's Your Reaction?