Apa Kabar Numerasi di Indonesia?

SahabatGuru - Numerasi merupakan salah satu hal yang penting untuk dikuasai dikarenakan hal ini sangat berguna dalam kehidupan. Kemampuan numerasi dapat berfungsi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan berinteraksi di kehidupan sehari-hari. Literasi numerasi selalu dikembangkan secara sistematis dan berkelanjutan dalam kegiatan pembelajaran dalam kelas maupun di luar kelas (ektrakulikuler).
Kemampuan numerasi sebagai pengetahuan dan kecakapan sangat berkaitan dengan pemahaman angka, simbol, dan analisis informasi kuantitatif. Informasi kuantitatif memiliki berbagai bentuk diantaranya meliputi memahami beberapa grafik, tabel, dan bagan. Selain itu, numerasi tidak hanya berkaitan dengan matematika namun juga dapat mencakup literasi lainnya seperti dalam kebudayaan atau kewarganegaraan.
Berdasarkan hasil survei dari Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 yang diterbitkan pada Maret 2019 menunjukkan bahwa dalam kategori kemampuan membaca, sains, dan matematika, Indonesia memiliki skor yang tergolong rendah dimana hal ini ditunjukkan dari Indonesia menduduki posisi ke-74 dari 79 negara. Data dari periode survei 2009-2015 yang dilakukan oleh The Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) juga menunjukkan bahwa kategori matematika, Indonesia berada di peringkat ke-73 dengan skor rata-rata 379, sedangkan rata-rata skor dunia adalah 489.
Hal ini tentu cukup memprihatinkan dan meresahkan. Mendikbud Nadiem Makarim dalam “Deddy Corbuzier Podcast” mengungkapkan bahwa untuk tingkat PAUD dan SD telah diberikan instruksi spesifik dan modul mengenai kompetensi literasi, numerasi, pendidikan karakter, dan kecakapan hidup melalui aktivitas yang bisa dilakukan di rumah.
Hal ini membuat anak belajar dengan menggunakan contextual learning dalam memahami konsep numerasi dan berpikir kritis. Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan adalah memasak dengan pengawasan orang tua. Dalam memasak, anak berlatih untuk menghitung jumlah cabai, bawang, dan bisa dengan mengukur takaran bumbu yang diperlukan.
Selain itu, bisa dilakukan bersama dengan keluarga seperti orang tua, kakak, dan adiknya. Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kemendikbud, Iwan Syahril juga menyarakankan agar membuat kegiatan belajar bersama keluarga dengan menyenangkan yang dilaksanakan setiap hari Sabtu. Sehingga, selain meningkatkan kemampuan numerasi namun juga membangun karakter karena anak akan menjaga dan membangun hubungan yang erat dengan keluarganya.
Modul belajar untuk TK memiliki prinsip “Bermain adalah Belajar”, sehingga kegiatan pembelajaran dilakukan ketika anak bermain dan melakukan kegiatan sehari-hari. Sedangkan, pada SD modul meliputi rencana pembelajaran yang mudah untuk dilakukan secara mandiri maupun bersama dengan wali/orang tua.
Mendikbud berharap dengan adanya modul pembelajaran dapat mempermudah guru dalam memfasilitasi serta memantau kegiatan pembelajaran di rumah. Selain itu, modul ini dapat membantu dan memberikan wawasan pada orang tua mengenai tips dan strategi mendampingi anak belajar dari rumah.
Mari guru dan orang tua berkolaborasi secara aktif demi menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien bagi anak sehingga dapat mengembangkan numerasi di Indonesia.
Damayanti
What's Your Reaction?






