Bila Acak Kata Menjadi Sebuah Cerita Menarik

May 19, 2023 - 08:16
Jun 5, 2023 - 05:47
 0
Bila Acak Kata Menjadi Sebuah Cerita Menarik
Foto ilustrasi oleh Iqwan Alif di Pexels

Walt Disney (lahir 5 Desember 1901), seorang produser film, sutradara dan animator tenar asal Amerika Serikat, pernah mengatakan bahwa otak manusia itu seperti parasut. Ia baru berfungsi jika mengembang. Ada benarnya. Dan, salah satu bentuk latihan yang efektif untuk mengaktifkan fungsi otak adalah menulis. Terbiasa menulis, seseorang melatih otaknya secara terus-menerus untuk menemukan ide baru sehingga lahirlah karya. Daya pikirnya mengembang. Keajaiban semacam itu tentu saja tidak dimiliki mereka yang malas menulis. Mereka yang rajin menulis akan memiliki tangan yang kian terampil dalam merumuskan ide-ide ke dalam naskah-naskah yang cerdas. Saya pribadi meyakini apa yang dikemukakan Disney di atas, dan karena itu menulis adalah pendekatan yang relevan untuk dikembangkan dalam pengajaran untuk memaksimalkan potensi otak siswa. Dalam hal pengajaran ke siswa, cara ini terbukti efektif. Saya ingin mengenalkan metode atau yang saya sebut “Teori Kata Acak”.

Teori Kata Acak

Teori acak kata, sebut saja begitu, adalah pendekatan merangsang siswa untuk dapat menulis sebuah cerita dengan mengambil tiga kata secara acak. Tiga kata tersebut akan digunakan sebagai sumber inspirasi untuk mengawali cerita yang akan mereka tulis. Pendekatan ini selalu saya gunakan setiap mengawali tugas mengajar di kelas. Saya mewajibkan siswa untuk menulis cerita di buku khusus. Penulis lalu membacakan cerita dari hasil karya sendiri maupun karya orang lain.

Mereka bebas menentukan ide cerita, mengarang nama tokoh, peristiwa, tempat dan waktu. Justru di situlah kita sedang melatih siswa seperti apa yang dikemukakan sastawan dan jurnalis senior Seno Gumira Ajidarma bahwa belajar menulis adalah belajar menangkap momen kehidupan dengan penghayatan paling total yang paling mungkin dilakukan oleh manusia.

Rentang waktu untuk menulis cerita adalah 15 menit. Setelah waktu habis, tak ada lagi kegiatan tulis-menulis. Selanjutnya siswa saya minta untuk meneruskan tulisan tersebut di rumah sehingga menjadi sebuah cerita utuh. Strategi lain yang saya terapkan adalah memungut kata. Siswa saya ajak mengaktifkan otaknya dengan menuliskan segala hal yang ada di benak mereka ketika itu. Seperti petuah Disney di atas, saya ingin membuktikan keajaiban otak siswa dengan memungut kata secara acak dari sebuah narasi yang mereka dengar lalu diolah menjadi sebuah tulisan baru.

 

Empat Langkah

Menulis cerita dengan kata acak dilakukan dengan cara sebagai berikut. Langkah pertama, guru menyiapkan gulungan kertas yang berisi tiga kata. Salah satu kata harus berisi tokoh. Tiga kata tersebut misalnya: buku, surat undangan, Dina. Contoh lain: botol, sapu tangan, Ari. Bisa juga kursi, matahari, Vanesa atau kata-kata yang lain. Langkah kedua, setiap siswa mengambil satu gulungan kertas yang berisi kata acak tersebut. Langkah ketiga, para siswa diminta untuk menulis sebuah cerita dengan memasukkan tiga kata yang telah mereka dapatkan. Langkah keempat, siswa diberi arahan bahwa cerita yang mereka tulis harus mengandung konflik. Waktu untuk menulis 15 menit.

Ada baiknya sebelum siswa mulai menulis, guru memberi contoh sebuah cerita melalui tiga kata acak. Misalnya, bola, bintang, dan Anton. Kata-kata tersebut dapat dikembangkan menjadi: Malam ini bintang bersinar terang di langit. Secerah hati Anton yang saat ini sedang gembira. Sesuai rencana, di malam minggu ini, Anton dan teman sekampung akan nobar pertandingan bola di rumah Tio. Sudah lama mereka menunggu-nunggu acara ini. “Seru rasanya nonton bareng bersama teman-teman, apalagi besok pagi libur,” kata Anton begitu tiba di rumah Tio disambut anggukan kawan-kawannya.

Ketika pertandingan sedang seru-serunya, antara tegang dan gembira, saat ye-yel bersahutan, mereka dikejutkan jeritan Arka. Ia teriak mengaduh sembari pegang telapak kaki kanannya. Anton yang duduk di sebelah Arka sontak bangun. Dengan penasaran, Anton melihat Arka yang sedang menunjuk-nunjuk kakinya. Oh, kaki Arka disengat seekor kalajengking.

Semua pemuda tanggung itu panik, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Mereka mondar-mandir sembari membayangkan neurotoxins binatang berkaki delapan yang tergolong dalam ordo scorpions dan kelas Arachnid itu yang mulai masuk ke aliran darah di tubuh Arka. Maklum, tidak ada orang dewasa yang dapat dimintai tolong. Orang tua Tio kebetulan sedang keluar kota menengok saudaranya yang sedang sakit.

“Eh aku ingat, kata kakekku kalau disengat kalajengking kita harus mengeluarkan darah yang sudah tercampur dengan racun kalajengking,” kata Anton setelah hilang paniknya. “Tio, aku butuh jarum atau sesuatu yang tajam untuk mengeluarkan darah,” lanjut Anton.

Tanpa dikomando Tio segera menuju ke tempat ibunya menyimpan alat-alat jahit. Setelah ditusuk dan dipijat-pijat, darah yang tercampur dengan racun kalajengking bisa keluar. Arka sudah bisa tersenyum. Dia bilang sudah berkurang sakitnya.“Setelah dikasih obat pasti segera sembuh,” kata Anton sambil mengolesi kaki Arka dengan cairan berwarna coklat kemerahan itu.

Dengan contoh cerita tadi, guru dapat meyakinkan siswa bahwa mereka mampu membuat sebuah cerita yang baik. Mereka akan merangsang diri untuk mengeluarkan arsip-arsip pengetahuan yang ada di otak mereka. Siswa pun diuji untuk membangun emosi cerita, selain ditantang kemampuan membangun plot yang keren Mengembangkan Daya Kreasi

Setiap siswa akan mengeluarkan imajinasi yang mereka miliki dengan bantuan tiga kata tadi. itulah yang diinginkan melalui tiga kata acak tadi. Latihan secara terus-menerus akan membuat pikiran siswa makin terasah untuk menemukan ide-ide baru dan menantang dalam menulis sebuah cerita. Tangan pun menjadi terampil menuangkan gagasan yang enak dibaca dan perlu meminjam istilah Tempo.

Kegiatan ini bisa dilakukan setiap hari untuk mengawali kegiatan belajar-mengajar di kelas. Dalam waktu 15 menit siswa diminta untuk menulis cerita singkat dengan memungut kata secara acak. Dengan begitu siswa menjadi terbiasa menulis. Mereka dapat saling menukarkan cerita yang telah ditulis kepada teman-temannya. Siswa juga akan terlatih untuk membaca karya orang lain. Aktivitas mendengar dan membaca cerita akan memperkaya perbendaharaan kosa kata, hal yang sangat dianjurkan agar kita dapat menulis sebuah karya yang baik.

Pendekatan ini saya kira seiring dengan Gerakan Literasi Sekolah sebagai upaya menumbuhkan budaya membaca dan menulis siswa sehingga akan tercipta pembelajaran sepanjang hayat. Siswa yang gemar membaca niscaya dia akan terus belajar. Begitu pula dengan kegiatan menulis, siswa akan terus belajar untuk menghasil kan naskah-naskah yang baik.

Kegiatan menulis merupakan aktivitas yang menyatukan otak dan tangan. Keajaiban otak yang tidak kita duga sebelumnya akan muncul di sana. Semoga langkah kecil ini bisa menginspirasi dan memajukan literasi Indonesia.

Siti Nurhidayatun

Penulis adalah guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Blora, Jawa Tengah

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow

Sahabat Guru Inspirasi Indonesia Maju