Tak Perlu Ragu Muliakan Guru
Sudahkah kita memuliakan guru guru kita
Seorang guru dipandang mulia jika mampu menjaga harkat dan martabatnya. Memang amat disayangkan jika ia belum menjaga kehormatannya. Guru hendaknya berjalan dalam koridor kode etik guru. Rambu-rambu ini secara tidak langsung menjiwai seorang guru dalam mengabdikan dirinya untuk memajukan anak-anak bangsa.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 40 Ayat (2) tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban
- menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis
- mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan
- memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Harkat dan Martabat Guru
Jika guru menjaga harkat dan martabatnya, maka tidak akan ditemukan lagi oknum yang melakukan tindakan yang mencederai dirinya sebagai guru dan mencederai profesinya. Guru memberikan sinar pencerah bagi dirinya dan juga bagi anak-anak bangsa. Ia adalah sosok yang membangun, menumbuhkembangkan harkat dan martabat anak-anak bangsa.
Peserta didik berharap banyak pada seorang guru. Guru mampu membuka dan membangun semangat peserta didik. Hatinya berada di tengah-tengah peserta didik. Setiap anak didik pasti memiliki problematikanya masing-masing. Guru yang dekat dengan peserta didik akan dijadikan tempat mencurahkan kekalutan jiwanya. Jika ini bisa dijalankan dengan amat santun, anak-anak seperti ini akan merasakan kehadiran guru dalam hidupnya. Guru akan selalu hadir dalam setiap gerak hidup peserta didik.
Guru perlu membangun sikap-sikap yang memuliakan dirinya hingga menjadikan anak didiknya juga mulia di hadapan masyarakat. Guru teladan bagi langkah-langkah yang konstruktif dalam memajukan anak-anak bangsa. Kemampuan mengendalikan diri dan bersikap sebagai orang dewasa memberikan rasa nyaman pada peserta didik.
Perbuatan yang mencederai profesi guru hendaknya dihindari sehingga semangat keguruan tetap terjaga. Guru akan selalu dihormati apabila spirit keguruannya terus dijaga dan dikembangkan, begitu juga sebaliknya. Guru memberikan pencerahan batin dan pencerahan hati dalam setiap insan. Anak-anak bangsa yang tercerahkan akan menjadikan bangsa ini lebih dihargai di mata bangsa-bangsa lain. Guru mencerahkan hati nurani peserta didik. Guru-guru seperti ini diperlukan agar nilai-nilai budaya bangsa bisa tumbuh di hati anak-anak bangsa.
Idealisme Guru
Setiap guru sudah tentu memiliki idealisme tersendiri dalam menjaga dan memuliakan dirinya. Dalam konsep ini, guru tidak akan cepat merasa puas kalau hanya memberikan pengetahuannya saja. Ia akan berusaha memaksimalkan dirinya hingga anak-anak bangsa pun semakin berdaya dan berkembang potensi dan kompetensi yang dimilikinya. Guru akan memberikan langkah-langkah yang didasari rasa tulus agar anak-anak bangsa bisa melesat mencapai tujuan yang hendak dikejarnya. Idealisme ini akan terwujud jika harmonisasi selalu terbina dalam sebuah lembaga pendidikan. Sinergitas terbangun agar kenyamanan dan keceriaan dalam bekerja tetap terjalin. Tantangan guru profesional semakin beragam, dan banyak tugas yang mesti diselesaikan.
Perlu kiat tersendiri agar guru bisa menyadari hakikat dirinya. Misalnya, mengutamakan tugas keguruan dibandingkan dengan tugas-tugas lainnya. Pengelolaan waktu dan menata pola pikir diperlukan hingga setiap tugas yang diberikan sebagai sebuah kepercayaan yang mesti diselesaikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
H Martinis Yamin (2007) menyatakan bahwa guru sebagai tenaga profesional akan melayani peserta didik untuk mengembangkan diri lebih maju, berpikir kritis, kreatif, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah serta tidak membedakan antar-peserta didik. Guru sebagai pembimbing, pendidik, pengajar, dan pelatih akan menyita perhatiannya bila berhadapan dengan peserta didik usia puber, pelayanan yang diberikan ekstra hati-hati dan penuh perhatian.
Dalam artian, seorang guru hendaknya bisa menempatkan dirinya sebagai seorang guru. Guru yang menyimpang dari tatanan keguruan dengan berbuat yang kurang etis terhadap peserta didik akan mempengaruhi perkembangan mental peserta didik. Bersikaplah sebagai orang dewasa yang berpikir, menghargai, menghormati, dan menjaga harkat serta martabat peserta didik.
Seorang guru hendaknya menjaga harkat dan martabatnya sebagai tenaga profesional. Guru harus selalu berupaya memuliakan profesinya agar anak didiknya akan selalu memandangnya sebagai seorang yang patut diteladani. Guru-guru memberi sinar yang mampu mengantarkan anak-anak bangsa meraih masa depannya yang lebih baik.
Menodai martabat guru bukan suatu tindakan yang terpuji. Jagalah sikap, tindakan, dan perilaku keguruan karena guru adalah sinar terang bagi peserta didik.
IBW Widiasa Keniten
Pengawas Disdik Provinsi Bali, bertugas di Kabupaten Klungkung, Pemenang pertama Guru
Berprestasi Tingkat Nasional 2013
What's Your Reaction?