Menghindari Status Guru Killer: Seni Mendidik dengan Kebijaksanaan
mnejadi guru killer berarti menjadi sosok yang ditakuti oleh murid. Apakah menjadi seorang pendidik harus seseram itu?
Dalam perjalanan pendidikan seseorang, ada banyak hal yang akan diingat, termasuk salah satunya adalah peran guru dalam proses pembelajaran. Sayangnya, dalam setiap sekolah pasti ada guru yang menjadi momok bagi para murid, yang sering disebut sebagai "guru killer." Alasan murid takut terhadap guru killer bisa bermacam-macam, mulai dari ketidakpedulian hingga perilaku kasar yang berlebihan. Apa pun penyebabnya, label guru killer adalah sesuatu yang sebaiknya dihindari oleh semua guru. Setiap guru seharusnya diingat sebagai seseorang yang dicintai oleh muridnya karena kebaikan dan panduan yang mereka berikan, bukan sebagai sosok yang dikenang karena ketakutan yang ditimbulkan.
Guru killer sering kali digambarkan sebagai sosok yang sering marah, memiliki wajah yang ketat, dan memiliki aturan yang sangat tegas. Keberadaannya menjadi mimpi buruk bagi murid, dan ketika guru killer berada di depan kelas, itu bisa mengganggu konsentrasi belajar. Murid menjadi takut sebelum pelajaran dimulai, dan ini bisa menghambat perkembangan pendidikan mereka. Meskipun niat guru mungkin baik, ingin mendidik murid tentang disiplin, mereka seharusnya menghindari menciptakan atmosfer yang menakutkan dan mencekam bagi murid.
Mendidik murid dengan disiplin dan ketegasan adalah hal yang benar, selama itu tidak melibatkan kekerasan. Guru yang mendidik dengan cara berlebihan hingga menjadi guru killer tidak akan memberikan dampak positif pada muridnya. Mengapa demikian? Karena mereka akan dididik dalam ketakutan, dan sebagai hasilnya, mereka akan menunjukkan kepatuhan yang hanya berlandaskan ketakutan semata. Oleh karena itu, guru seharusnya sadar akan hal ini dan fokus pada cara mendidik yang memungkinkan murid untuk menginternalisasi nilai-nilai dengan baik tanpa tekanan yang berlebihan.
Sebagai gantinya, seorang guru seharusnya berusaha menjadi guru yang baik – penyabar, mudah didekati, dan berwibawa dengan tetap menunjukkan ketegasan yang dibutuhkan. Tidak perlu menjadi guru killer untuk mendidik murid. Tentu, ini tidaklah mudah, terutama karena beberapa guru mungkin kesulitan membedakan antara ketegasan dan kekerasan. Namun, murid seharusnya mendapatkan bimbingan yang jelas dan pasti, dan harus tahu mana yang benar dan mana yang salah. Jika murid melakukan kesalahan, hukuman yang diberikan haruslah sesuai dengan kesalahan tersebut, namun tidak boleh melibatkan kekerasan fisik atau mental. Kasih sayang dan pemahaman juga memiliki peran besar dalam mendidik anak.
Guru juga sebaiknya berhenti menggunakan alasan masa lalu, seperti mengatakan bahwa dulu guru-guru memukul murid dan mereka tetap baik-baik saja. Membandingkan pendekatan pendidikan zaman dulu dengan saat ini tidak selalu relevan. Melakukan kekerasan pada murid pada masa lalu tidak menjadi justifikasi untuk tindakan yang sama saat ini. Masing-masing individu berbeda dan tidak semua murid dapat ditangani dengan keras. Pengalaman guru yang keras di masa lalu mungkin tidak selalu menghasilkan efek yang sama pada setiap murid. Jadi, berhentilah mencari pembenaran dalam metode yang melibatkan kekerasan.
Terlepas dari segala kerumitan dalam mendidik, menjadi guru yang menakutkan seharusnya dihindari. Guru memiliki tanggung jawab besar dalam mentransfer pengetahuan dan nilai-nilai kepada generasi muda. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk menghindari perilaku yang dapat menciptakan ketakutan dan coba untuk mencapai hasil yang lebih positif dengan pendekatan yang bijaksana dan penuh kasih.
What's Your Reaction?