Pentingnya semangat belajar bagi murid
Menumbuhkan semangat untuk belajar dikalangan murid merupakan sebuah tantangan bagi guru. Pasalnya, bagaimana murid bisa belajar dengan baik jika dilakukan tanpa adanya rasa suka terhadap belajar itu sendiri? Tanpa adanya gairah untuk belajar bagi siswa, tentu proses belajar akan melelahkan dan tidak optimal. Apalagi jika belajarnya dipaksakan, itu justru membuat murid membenci pelajaran itu sendiri
Menumbuhkan semangat untuk belajar dikalangan murid merupakan sebuah tantangan bagi guru. Pasalnya, bagaimana murid bisa belajar dengan baik jika dilakukan tanpa adanya rasa suka terhadap belajar itu sendiri? Tanpa adanya gairah untuk belajar bagi siswa, tentu proses belajar akan melelahkan dan tidak optimal. Apalagi jika belajarnya dipaksakan, itu justru membuat murid membenci pelajaran itu sendiri. Bisa dibilang ini merupakan “penggerak” bagi murid untuk semakin semangat belajar. Akankah guru dapat menumbuhkan rasa semangat untuk belajar tersebut?
Ada banyak hal yang bisa menumbuhkan rasa semangat belajar entah dari luar maupun dari dalam. Contohnya seperti merasa terinspirasi melihat orang lain, adanya rasa ingin berkompetisi dengan teman dalam hal akademis,keinginan dari dalam diri agar menjadi pribadi yang cerdas, hingga rajin belajar agar bisa seperti idolanya. Hal-hal seperti ini sebenarnya merupakan sesuatu yang baik karena bisa membuat murid terpacu untuk senantiasa belajar. Tetapi, jangan lupa faktor lain yang bisa menurunkan semangat belajar bagi murid seperti suasana belajar yang tidak begitu baik, selalu dibanding-bandingkan sehingga murid merasa insecure, dan lain sebagainya. Bisakah guru dapat menumbuhkan faktor pendukung dan mengurangi faktor penghambat sehingga murid bisa bersemangat untuk belajar.
Dalam hal tersebut, guru harus peka mengenai kebutuhan murid yang berpengaruh terhadap semangat belajarnya. Misalnya ada murid yang tidak semangat belajar karena adanya perundungan, guru harus bisa mendeteksi adanya kemungkinan perundungan dan melakukan penanganan yang tepat agar kepercayaan diri murid dan semangat belajarnya bisa meningkat kembali. Selain peka, guru juga harus bisa menumbuhkan semangat belajar itu sendiri kepada murid. Semangat belajar diibaratkan sebagai sebuah pohon kokoh bagi murid untuk memudahkan mereka belajar, pohon ini tentu tumbuh dari sebuah biji yang perlu dirawat agar bisa tumbuh besar. Seperti analogi yang disampaikan sebelumnya, guru juga haraus dapat “menanam” sekaligus “memupuk” semangat tersebut di dalam diri muridnya.
Cara lainnya adalah dengan memanfaatkan feedback positif dan juga hindari feedback yang negatif karena bisa menghilangkan semangat tersebut dalam sekejap mata. Dari perspektif guru, ini menandakan bahwa para guru harus memberikan pujian, motivasi, dan semacamnya untuk meningkatkan semangat mereka. Sebaliknya hindari pelabelan (seperti menganggap seorang murid bodoh padahal hanya karena sekali mendapat nilai dibawah rata-rata), cacian, dan hal lain yang menghancurkan semangat mereka. Murid merupakan seorang pembelajar, dan kesalahan saat belaajr merupakan hal yang sangat normal mengingat tidak ada manusia yang sempurna. Pemberian kritikpun bisa menjadi feedback positif ataupun negatif. Dengan catatan bahwa kritik diberikan karena memang jika murid melakukan kesalahan. Mengenai hal ini, guru wajib mengarahkan murid agar tau dimanakah bagian yang salah selama ini. Berkaitan dengan itu, hindarilah ego yang tinggi dan perasaan sombong kepada murid. Mereka membutuhkan bimbingan, bukan cacian dari orang yang menganggap hanya dirinya yang benar.
Walau demikian, ada pihak lain yang sekiranya juga berpengaruh terhadap semangat belajar bagi murid: Orang tua. Ya mungkin saja guru sudah berupaya menumbuhkan semangat tersebut, tetapi orangtua murid sendirilah yang menghancurkan semangat tersebut. Pola didik yang toxic, egosime yang tinggi dan menganggap perkataan mereka itu mutlak benar, dan sederet perilaku negatif dikalangan orang tua (yang agaknya banyak dilakukan sehingga menjadi budaya turun-temurun).Intinya bagi orang tua kurang lebih sama dengan apa yang harus dilakukan oleh guru: Berikan feedback yang membangun kepada anak dan berhenti menghancurkan mentalnya dengan dalih “orang tua mutlak benar”.
What's Your Reaction?






