Ramadan Bulan Pendidikan
Pemerintah melalui Kementerian Agama Republik Indonesia secara resmi telah menyampaikan kepada masyarakat tentang hasil keputusan sidang isbat penentuan awal Ramadan tahun 1443 H, yakni awal Ramadan tahun 1443 H adalah hari minggu tanggal 3 April 2022. Meskipun demikian, ada beberapa ormas yang telah lebih dulu mengumumkan awal Ramadan dalam selisih hari yang berbeda.
Bagi seorang muslim, perbedaan hasil keputusan penentuan awal Ramadan bukanlah hal krusial yag harus diperdebatkan. Karena masing-masing memiliki cara ataupun metode yang secara yuridis religius dapat dipertanggungjawabkan. Karena pada prinsipnya, perbedaan yang ada merupakan sebuah rahmat sekaligus menjadi khazanah kekayaan sumber pengetahuan dalam ruang sejarah Islam.
Bukan kali ini saja perbedaan awal Ramadan membersamai masyarakat muslim, terutama masyarakat muslim di Indonesia. Inilah keunikan yang menjunjung tinggi nalar dalam beragama. Meskipun terjadi perbedaan, namun nilai moderasi keberagamaan tetap menjadi prioritas demi terwujudnya Ramadan yang membahagiakan. Bahagia menyambut hadirnya bulan Ramadan bagi masyarakat muslim dilakukan dengan berbagai bentuk, mulai bahagia dari sisi dhohir yakni dengan menggelar berbagai acara yang menghadirkan antusiasme masyarakat, seperti dugderan, megengan, dan jenis acara serupa. Juga bentuk bahagia dari sisi batiniyyah yakni dengan menyiapkan diri, membersihkan sarana dan prasarana ibadah, berziarah, hingga saling berkirim pesan saling memaafkan. Karena sikap bahagia menyambut Ramadan akan memperoleh berbagai keutamaan, satu diantaranya kelak jasadnya akan diharamkan tersentuh api neraka. Atas dasar inilah mentradisinya menyambut hadirnya bulan Ramadan akan terus eksis dikalangan masyarakat.
Ramadan yang menjadi tamu istimewa hendaknya tidak sekadar menjadi rutinitas tahunan yang datang, selesai, dan akan datang lagi pada tahun depan. Jika itu yang terjadi dalam point of target kita selama Ramadan, maka potensi perubahan sikap kita dalam memaknai ramadan sebagai bulan pendidikan akan sangat gagal. Atau dalam bahasa yang selaras dengan sabda Nabi Muhammad SAW adalah puasa kita hanya mendapatkan lapar dan haus saja. Ramadan yang hadir setiap tahunnya harus kita jadikan momentum dalam merubah pola pikir kita tentang pentingnya memaknai tujuan hidup yakni berproses menjadi muslim yang sempurna.
Salah satu predikat bulan Ramadan adalah Syahrul at Tarbiyah atau bulan pendidikan. Sebuah predikat yang sarat dengan meningkatnya potensi diri bagi seorang muslim. Pengistilahan Ramadan sebagai bulan pendidikan tentu tidaklah berlebihan, hal ini didasarkan banyaknya aktivitas yang dapat kita lakukan sekaligus menjadi bekal pembiasaan ibadah selepas Ramadan. Ramadan hadir dengan berbagai bentuk pembiasaan positif. Ramadan menyajikan perintah wajib berupa puasa mulai terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, jika kita mau membuka kesadaran diri dengan bersungguh-sungguh melaksanakan puasa, maka selepas Ramadan puasa sunah akan menjadi pembiasaan yang menyenangkan.
Bentuk pembiasaan lain adalah bersama anggota keluarga dan masyarakat bersemangat melaksanakan rangkaian shalat tarawih, jika pembiasaan shalat sunah tarawih ini dengan penuh semangat kita laksanakan, maka selepas Ramadan melaksakan shalat sunah akan menjadi pembiasaan yang tidak lagi dilaksanakan dengan keterpaksaan. Selain dua pembiasaan tersebut masih banyak bentuk pembiasaan positif lain yakni tadarus, qiyyamul lail, bersedekah, dan berbagai aktivitas positif lainnya. Jika kita konsisten melakukan bentuk pembiasaan yang demikian maka selepas Ramadan akan terbentuk karakter seorang muslim yang senantiasa hidup berdasarkan nilai qur’ani, berdoa dengan penuh kesungguhan, dan yang paling penting adalah terbentuknya potensi diri menjadi muslim yang dermawan melalui berbagai ibadah maaliyah lain.
Related antara Merdeka Belajar dan Ramadan Bulan Pendidikan
Sejatinya, bulan Ramadan adalah sebuah momentum besar yang harus kita jadikan sebagai start awal untuk memulai dan menerima hal baru agar perubahan diri menjadi pribadi muslim yang berkualitas akan terwujud.
Pemerintah melalui Kemdikbudristek, sejak tahun 2020 telah menggulirkan wacana perubahan pola muatan kurikulum yakni merdeka belajar. Merdeka belajar dengan berbagai program penunjangnya saat ini sedang berproses sebagai upaya dalam memberikan layanan pendidikan yang optimal. Konsep merdeka belajar yang juga diikuti oleh sekolah merdeka, kampus merdeka, guru penggerak, dan program penunjang lainnya akan siap secara konsep dan praktik untuk dilaksanakan pada tahun pelajaran 2022/2023. Namun, perlu pengenalan sejak dini bahwa perubahan adalah hal yang lumrah. Maka, stakeholder pendidikan harus bersiap menyukseskan grand desain tersebut sehingga apa yang digagas oleh Kemdikbudristek dapat diterima oleh semua satuan pendidikan.
Sejatinya, antara Ramadan dan kurikulum merdeka secara filosofi memiliki kesamaan yakni terbentuknya pribadi muslim yang mampu mengambil hikmah dari hal-hal yang menjadi pembiasaan positif selama bulan Ramadan dan menjadi bekal untuk menjalani kehidupan selepas Ramadan. Sedangkan konsep merdeka belajar yang saat ini sedang berproses akan melahirkan generasi yang enjoyable dalam melaksanakan proses pendidikan dan yang pasti keleluasaan dalam belajar akan lebih dapat dirasakan oleh peserta didik dan objek pendidikan lainnya.
Selamat datang bulan Ramadan, Selamat datang bulan pendidikan.
Penulis adalah
Guru Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
SMA Islam Al Azhar 15 Kalibanteng Semarang
What's Your Reaction?