Hendrik Hermawan, Guru Yang Berkreasi di Tengah Hutan

Jun 21, 2021 - 06:06
Jun 30, 2021 - 04:48
 0

SahabatGuru Bermula dari ketertarikan kepada bidang metode pembelajaran, Hendrik Hermawan, guru Sekolah Dasar SD Negeri N I Wirosari, Grobogan, merasa selalu ditantang untuk senantiasa berkreasi. Ia mengandaikan materi yang ia sampaikan dapat diterima dengan baik oleh anak didik.

Teknologi pembelajaran karya Pak Hendrik, demikian ia biasa disapa, banyak berkaitan dengan pemanfaatan teknologi informasi (TI). Semangat kreasinya itu justru tumbuh ketika ia bertugas di sebuah sekolah di tengah hutan.

Beberapa inovasi dan karya Hendrik telah mengantarkan dirinya memperoleh sejumlah prestasi dan penghargaan. Dia meraih Juara 1 Lomba Inovasi Pembelajaran Guru SD MIPA tingkat nasional pada 2017. Di tahun ini pula, Hendrik menyabet prestasi sebagai Juara Harapan I Edugame Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang diselenggarakan Ditjen GTK Kemendikbud.

“Sejak 2011 saya mulai tertarik dengan bidang kreasi teknologi pembelajaran. Saat ini, teknologi sudah makin berkembang dan tidak bisa dibendung. Akan menjadi seorang yang sangat berarti bila kita melakukan kreasi dan inovasi di bidang teknologi,” kata Hendrik.

“Tak hanya itu, saya juga ingin mendobrak budaya atau cara pembelajaran yang saya nilai kurang inovatif. Lalu, siapa tahu dari kreasi dan inovasi ini saya bisa jadi terkenal,” ujar Hendrik sambil tertawa. “Bukan saya, tapi karya-karya saya,” ucap Hendrik mengklarifikasi.

Guru Hendrik Hermawan saat diterima Bupati Grobogan, Sri Sumarni, atas pencapaian prestasinya. (foto: dok. pribadi)

Memanfaatkan TI

Sosok inovatif ini tak sekadar menjadi seorang pendidik tapi juga sosok yang melahirkan banyak karya yang bermanfaat untuk peserta didik. Itulah motivasi utamanya. Mengikuti lomba, bagi Hendrik, tidak sekadar ingin menjadi yang terbaik, tapi ada misi yang ia emban sebagai seorang guru. Ia melihat banyak potensi dari teknologi informasi yang seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai penunjang proses belajar-mengajar.

Karya kreasi Hendrik memang akrab dengan dunia teknologi informasi. Perkembangan teknologi yang makin pesat, terutama sejak penemuan internet yang mengubah perilaku dan kehidupan sosial manusia, menurut Hendrik, jelas tidak bisa dibendung. Lalu bagaimana teknologi bisa menjadi ‘api’ yang bermanfaat dan bukan merusak atau menghanguskan?

Sejak tahun 2011, ia telah menjawab pertanyaan di atas. Berkat terobosan-terobosan dengan bantuan TI itulah Hendrik menemukan sejumlah formula metode pembelajaran berbasis TI. Bukti pengakuan terhadap penemuannya, Hendrik memperoleh sejumah penghargaan seperti di Lomba Karya Ilmiah Inovatif Pembelajaran Guru Sekolah Dasar (SD) dan Pembuatan Bahan Ajar Mandiri Berbasis Komputer/Multimedia. 

“Karya kreasi saya adalah kolaborasi TI dan non-TI. Ya, TI berupa aplikasi pada ponsel cerdas. Sedangkan non-TI berupa papan tripleks yang kemudian dirangkai dan menjadi materi rangka manusia untuk pembelajaran anak kelas IV dan V SD,” papar Hendrik.

Ide di Tengah Belantara

Perjalanan hidupnya hingga ia menjadi seorang guru dengan seabrek prestasi dapat dibilang cukup unik. Hendrik mengaku tak pernah bercita-cita menjadi guru, sekurang-kurangnya hingga masa remajanya. Apalagi, ia berasal dari keluarga tidak mampu. Ayah ibunya hanya penjual ikan di pasar. Kedua kakaknya pun tidak melanjutkan kuliah selepas sekolah menengah karena ketiadakmampuan keuangan orangtuanya.

“Saya sendiri memutuskan untuk kuliah hanya ikut-ikutan teman. Saya diajak mendaftar di Universitas Terbuka (UT) yang diselenggarakan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Solo. Saya mengambil progam D2 bidang Pendidikan Kelas. Ternyata, saya lulus tes,” kata Hendrik mengenang.

Lulus tes masuk perguruan tinggi malah membuat Hendrik bingung. Bagaimana tidak, biaya kuliahnya terhitung tinggi bagi orangtua yang berpenghasilan pas-pasan. Untuk membiayai satu semester saja dia harus merogoh kocek Rp2,4 juta.

“Kalau kuliah memang di Purwodadi sehingga saya tidak perlu kos. Tapi saya tetap butuh biaya untuk beli buku dan perkuliahan. Demi meringankan beban orangtua, saya menjadi kenek angkutan penumpang untuk biaya kuliah. Biasanya, kuliah terbuka dilaksanakan dua kali dalam seminggu. Di hari lain, saya menjadi kenek,” kata Hendrik berkisah.

Hanya penghasilan sebagai kenek jelas tak seberapa. Paling banter, dia bisa membawa pulang uang Rp45 ribu setiap hari. “Jelas tidak mencukupi untuk kuliah. Kadang saya hanya mengantongi Rp20 ribu. Jadi orangtua tetap membantu kuliah meski harus bersusah-payah,” kata Hendrik lagi.

Lulus dari D2 UNS pada 2006, Hendrik langsung menjadi guru saat ada penerimaan CPNS. Meski sebentar, dia juga sempat berstatus guru tidak tetap (GTT) dangan honor sebesar Rp75 ribu. Nominal yang jauh dari cukup untuk membiayai hidupnya.

“Jelas tidak cukup untuk hidup satu bulan. Tapi ini menjadi bentuk pengabdian saya,” jawab ayah dari satu anak yang pernah ditugaskan di sebuah sekolah di tengah hutan, yakni SDN Karangasem, ini.

“SD tempat saya mengajar memang harus masuk ke hutan. Jumlah muridnya sangat sedikit. Dari kelas satu sampai enam hanya sekitar 26 anak. Ada kelas yang muridnya hanya dua dan yang paling banyak ada enam. Saya bertugas selama tujuh tahun, dari 2006 sampai 2013. Tapi mengajar di tengah hutan justru memotivasi saya untuk berkarya,” kata Hendrik.

Selama mengajar di tengah belantara itu, Hendrik menulis beberapa buku pengajaran. Bahkan sembilan buku yang ia hasilkan memiliki International Standard Book Number (ISBN) atau Nomor Buku Standar Internasional.Karya-karyanya itu kemudian dilombakan di ajang Guru Berprestasi. Dia pun mengikuti kompetisi ini secara bertahap mulai dari tingkat kecamatan sampai akhirnya meraih juara tiga di tingkat provinsi pada 2017.

“Ajang Guru Berprestasi memang tidak mudah. Bahkan bisa dikatakan sangat sulit karena kompleksitas dalam penilaiannya. Guru mengikuti lomba secara berjenjang mulai dari tingkat kecamatan,” tutur suami dari Ifa Nurchani ini.

Meraih berbagai penghargaan tak membuat Hendrik berhenti berkarya. Dia berharap apa yang sudah ia raih dapat mendorong rekan sesama guru untuk berkreasi dan melakukan inovasi.

“Apa yang sudah saya kerjakan dan capai dapat menular ke rekan-rekan guru. Apalagi saya pun tidak bisa mengikuti lomba yang sama di tahun-tahun berikutnya. Bila sudah pernah meraih penghargaan, kita biasanya tidak boleh mengikuti lagi lomba yang sama,” kata Hendrik.

Data Diri

Nama lengkap           :Hendrik Hermawan,S.Pd.SD.,M.Pd.

Tempat, tanggal lahir : 23 Desember 1984

Istri                            : Ifa Nurchani

Anak                          : Arsyila Heffa Princess Persia

Penghargaan-penghargaan

2011    Harapan 2 Pemilihan Guru Berprestasi dalam Pembuatan Bahan Ajar Mandiri Berbasis Komputer/Multimedia (provinsi)

2011    Finalis Lomba Karya Ilmiah Inovatif Pembelajaran Guru Sekolah Dasar Tingkat Provinsi Jawa Tengah (provinsi)

2012    Juara 1 Pemilihan Guru Berprestasi Bidang Pembuatan Bahan Ajar Berbantuan Komputer (Multimedia) (provinsi)

2012    Juara 3 Lomba Pengayaan Sumber Belajar Berbasis MPI Jenjang Pendidikan Dasar bagi Guru SD/MI (provinsi)

2014    Finalis Olimpiade Nasional Inovasi Pembelajaran (ONIP) Matematika (nasional)

2015    Juara 2 Pemilihan Olimpiade Sains Nasional (OSN) Guru SD (kabupaten)

2015    Finalis Perlombaan Karya Inovasi Pembelajaran Guru SD Tingkat Nasional (nasional)

2015    Finalis Olimpiade Nasional Inovasi Pembelajaran Matematika (ONIP) (nasional)

2015    Penulisan Naskah Model Mobile Learning untuk Ujian SD (nasional)

2015    Finalis Lomba Mobile Edukasi (nasional)

2016    Finalis Lomba Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Mobile Learning Kategori Guru (nasional)

2016    Finalis Lomba Penulisan Karya Ilmiah Inovasi Pembelajaran Guru SekolahDasar (SD) (provinsi)

2017    Juara 1 Lomba Inovasi Pembelajaran Guru SD MIPA (nasional)

2017    Juara 1 Pemilihan Lomba Guru SD Berprestasi Tahun 2017 (kecamatan)

2017    Juara 1 Pemilihan Lomba Guru SD Berprestasi Tahun 2017 (kabupaten)

2017    Juara 3 Lomba Guru SD Berprestasi (provinsi)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow

Sahabat Guru Inspirasi Indonesia Maju