Apa Sih Bahasa Bayi-Bayi Kita?
Jika Anda membesarkan seorang bayi dalam ruangan terutup, memberi makan, merawat, menjaga kebersihannya dan memastikan si bayi tidak mendengar satu katapun dari satu orang, kira-kira apa jadinya bayi itu saat mulai bisa bicara, saat mulai bisa menggunakan bahasa. Kira-kira ia akan bicara dengan bahasa apa? Lalu apa sebenarnya bahasa asali manusia?
Eksperimen soal itu pertama kali dilakukan manusia kira-kira 2.700 tahun lalu. Seorang raja Mesir, namanya Psantik I, mengambil dua bayi dari warganya. Mereka dibesarkan di kamar isolasi. Tidak ada yang menggendong, meneteki, hanya diberi makan, minum, susu saja. Setelah eksperimen selesai, bayi-bayi itu mulai bisa bersuara dan berceloteh. Satu bayi mengeluarkan gumaman yang terdengar seperti suara: "bekos" yang artinya "roti" dalam bahasa Phrygian kuno. Maka raja memutuskan Phrygian sebagai bahasa asali manusia.
Pada abad 13 Kaisar Frederik melakukan eksperimen lebih dalam. Ia membesarkan bayi tanpa interaksi dengan siapapun. Bayi itu hanya diberi makan dan tidak pernah disentuh apalagi diajak bicara. Sayangnya sang bayi tidak bisa bertahan dan meninggal.
Pada abad 15 Raja Skotlandia James IV memerintahkan seorang perempuan bisu membesarkan beberapa bayi di sebuah pulau. Setelah agak besar bayi-bayi itu dilaporkan bisa berbicara dalam bahasa Yahudi dengan sempurna. Wah… Tapi para sejarawan meragukan temuan itu. Ketika kemudian dilakukan eksperimen yang sama oleh kaisar Mughal Akbar, ia menyimpulkan bahwa kemampuan bicara berasal dari mendengar, karena itu bayi-bayi yang dibesarkan tanpa mendengar suara manusia akan menjadi bisu.
Percobaan-percobaan itu menarik sekaligus mengerikan. Sekarang sains modern telah mengungkap bagaimana kemampuan berbahasa bisa berkembang. Faktanya manusia mulai belajar berbahasa sejak dalam perut di usia empat bulan kehamilan. Karena itu, apapun suara yang keluar dari mulut ibunya atau dari orang-orang di dekat ibu hamil itu akan dikenali si bayi dari dalam perut. Beberapa kata akan diingat bayi dan kemungkinan besar akan diucapkannya setelah lahir. Ingat saja (sebagai catatan): sistem pendengaran di otak bayi mulai aktif pada usia tiga bulan kehamilan. Dan karena gelombang suara bisa melewati abdomen ibunya, wajar saja jika bayi bisa mengenali suara siapa saja yang datang dari luar sana.
Yang lebih menarik, beberapa jam setelah lahir bayi sudah bisa membedakan mana bahasa ibu dan mana yang bahasa lain. Riset terbaru mengungkap bahwa bayi sudah bisa membedakan bahasa ibu dengan bahasa asing satu bulan sebelum lahir. Respons bayi akan berbeda saat mendengar bahasa asing. Denyut jantungnya berubah. Ini artinya bayi bisa membedakan ritmik suara antara bahasa ibunya dengan bahasa asing.
Dan ooo BTW, sejak dalam kandungan bayi sudah bisa menikmati musik lho. Tapi jangan sodorkan mereka dengan musik-musik menye-menye seperti K-pop, JKT48. Lebih baik musik klasik, instrumental dan rohani.
Buat para Bumil, silakan dicoba.
sumber:
pnas.org
ilbas.washington.edu
insight.ovid.com
iupress.indiana.edu
sourcebooks.fordham.edu
digma.com
What's Your Reaction?