Pelajaran yang dapat diambil dari kasus "nasi goreng"
Warganet dibuat geger mengenai kasus yang mengakibatkan seorang camat "dimutasi" oleh walikota nya sendiri, Tetapi apakah benar demikian? Selain itu apa yang dapat kita pelajari dari hal ini?
Belum lama ini telah viral sebuah kabar dimana seorang Camat Gajahmungkur di Kota Semarang dimutasi karena dianggap menyindir lomba membuat nasi goreng dalam rangka menyambut hari kemerdekaan yang diadakan oleh Hevearita Gunaryanti Rahayu (sering dipanggil Mba Ita) selaku Wali Kota Semarang. Pasalnya, camat yang cukup aktif di media sosial ini kerap membagikan konten mengenai nasi goreng dalam beberapa waktu belakangan. Para warganet pun menganggap ini sebagai sebuah sindiran terhadap kompetisi yang dilaksanakan oleh Walikota tersebut walaupun Ade Bhakti, selaku camat yang bersangkutan menyatakan bahwa itu semua hanyalah perspesi subyektif warganet. Tak lama kemudian Wali Kota Semarang memutasi camat tersebut ke Dinas Pemadam Kebakaran, namun Mbak Ita menyatakan bahwa mutasi ini dilakukan bukan karena suka tidak suka tetapi karena kebutuhan organisasi dan kecocokan pendidikan. Lebih lanjut, Ade mengatakan bahwa ia sendiri tidak masalah dipindahtugaskan dari Camat Gajahmungkur ke Dinas Damkar. Ia juga mengaku siap bekerja di tempat baru, “Apapun tugasnya ASN harus siap di mana saja, siap, siap, siap, asalkan bukan karena nasi goreng” ucapnya (dilansir dari situs TribunKaltara.com dan DetikJateng)
Terlepas dari apapun yang diberitakan, ada beberapa hal yang sekiranya dapat menjadi pelajaran penting bagi kita semua:
- Jangan suka menyindir seperti yang kita tahu bahwa banyak dari masyarakat Indonesia yang suka sekali menyindir entah di dunia nyata atau di media sosial. Kita harus mengontrol diri hanya untuk menghabiskan waktu demi menyindir sesuatu yang tidak memberi kita manfaat apapun. Coba pikir baik baik, daripada hanya buang-buang waktu dengan menyindir, bukankah lenih baik jika kita gunakan waktu yang ada untuk melakukan hal yang positif? Hendaknya kita semua berkata yang baik atau diam
- Jadi objektif dalam memutuskan sesuatu, seringkali kita menghadapi situasi dimana kita harus memutuskan sesuatu dengan apa adanya tanpa unsur lain yang dapat memengaruhi. Bersikap objektif berarti bersikap apa adanya, tidak dipengaruhi hal lain seperti perasaan
- Berpikirlah kedepan sebelum bertindak, jika kita ingin melakukan sesuatu pastikan kita berpikir mengenai dampak dari apa yang kita kerjakan. “Apakah ini berguna?”, “Apakah ini sebenarnya baik bagi saya?”, “Kalau saya melakukan ini apakah akan merugikan orang lain?” kecuali kalau kamu memang anak kecil yang bertindak hanya demi kesenangan pribadi
- Mulai bersikap bodo amat, maksudnya bukan acuh tak acuh terhadap apapun dan bersifat bodo amat atas segala sesuatu, melainkan membuat kita tidak terlalu mengambil pusing atas segala sesuatu yang berada diluar kendali kita. Jika ada yang menghina kita maka cukup jangan diambil pusing, abaikan saja ocehan remeh seperti itu dan anggaplah mereka hanya iri dan tidak rela melihat kita bahagia dan sukses. Buktikan kepada mereka bahwa kita lebih baik dari mereka dan itu sudah cukup membuat mereka terdiam
- Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan dan selalu cermati berita yang kita terima, di media sosial dapat kita lihat bahwa warganet sering terlalu cepat bereaksi terhadap sebuah berita. Sebagai warganet yang bijak hendaklah agar selalu melakukan verifikasi berita yang diterima. Jangan sampai kita mengambil suatu kesimpulan tanpa memahami permasalahan yang sebenarnya terjadi.
Bahkan dari sebuah kasus yang sedang viral pun kita dapat mengambil beberapa pelajaran penting. Oleh karena itu kita harus senantiasa bijak dalam menanggapi sesuatu baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia maya.
What's Your Reaction?