Tugas kelompok, antara menyenangkan atau menyeramkan
Tugas kelompok bisa bermakna 2 hal bagi siswa: menyenangkan atau momok yang menyeramkan. Ada beberapa hal yang harus dibenahi dalam prosesnya agar tidak ada lagi murid yang menghindari tugas kelompok
Dalam dunia pendidikan, konsep tugas kelompok telah menjadi hal yang tak terhindarkan. Dimulai dari tingkat sekolah dasar hingga kuliah, tugas kelompok selalu ada sebagai bagian dari proses belajar. Tujuan utamanya adalah agar siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas dan berkembang dalam aspek komunikasi dan manajemen. Namun, di dalam praktiknya, apakah tugas kelompok telah mencapai potensinya yang sebenarnya?
Tugas kelompok pada dasarnya merupakan tugas yang diberikan kepada sekelompok siswa yang sudah ditentukan sebelumnya, dengan minimal dua orang dalam satu kelompok. Tugas ini diberikan agar siswa dapat berkolaborasi dalam menyelesaikan suatu tugas dan berbagi ide selama proses pembelajaran. Tugas kelompok juga seharusnya dapat membuat siswa lebih aktif, melatih keterampilan komunikasi, dan manajemen, karena mereka harus mengkoordinasikan pekerjaan bersama dengan orang-orang yang berbeda latar belakang. Namun, dalam realitanya, tugas kelompok tak selalu berjalan sebaik yang diharapkan. Bahkan, banyak siswa yang merasa terbebani oleh tugas kelompok. Mengapa ini bisa terjadi?
Salah satu masalah yang sering muncul adalah proses pembagian kelompok. Jika guru yang menentukan kelompok, beberapa siswa sering merasa tidak puas dengan anggota kelompok yang telah ditetapkan. Hal ini terjadi karena mereka tidak memiliki kendali atas siapa yang akan menjadi teman kelompok mereka. Di sisi lain, jika siswa dibiarkan memilih anggota kelompok mereka sendiri, masalah yang muncul adalah kemungkinan ketidakseimbangan dalam jumlah anggota kelompok, sehingga ada siswa yang tertinggal tanpa kelompok.
Selanjutnya, terdapat ketidakseimbangan dalam pembagian tugas di dalam kelompok. Beberapa siswa mungkin mendapatkan tugas berlebihan, sementara yang lain hanya mendapat sedikit atau bahkan tidak ada tugas sama sekali. Ini bisa menjadi sumber ketidakpuasan dan konflik dalam kelompok. Jika masalah ini tidak ditangani dengan baik, kinerja kelompok menjadi terganggu dan siswa merasa terbebani.
Bagaimana cara mengatasi masalah ini? Pertama, guru perlu memastikan pembagian kelompok yang adil dan memastikan bahwa semua siswa mendapatkan kelompoknya. Guru juga harus mengingatkan siswa bahwa tugas kelompok adalah peluang untuk berkembang dan belajar dari perbedaan. Guru harus membantu siswa untuk membuka diri terhadap anggota kelompok yang berbeda latar belakangnya.
Selanjutnya, penting untuk mengatur sistem penilaian yang adil. Guru dapat menunjuk seorang ketua kelompok yang memberikan penilaian terhadap kinerja masing-masing anggota kelompok. Ketika ada keluhan dari siswa mengenai anggota kelompok mereka, guru harus berperan sebagai mediator untuk mengidentifikasi masalah dan memberikan solusi yang adil.
Tugas kelompok adalah peluang berharga bagi siswa untuk berkembang dalam pelajaran dan karakter sehingga guru harus memastikan pelaksanaannya yang baik dengan pengawasan yang cermat. Mari kita ubah persepsi siswa tentang tugas kelompok yang "melelahkan" menjadi pengalaman yang "menginspirasi." Dengan demikian, siswa akan lebih termotivasi dan antusias untuk mengikuti tugas kelompok dengan semangat yang tinggi.
What's Your Reaction?